Menutup Hati Menolak Tuhan

0
137 views
Membuat Kenangan by Royani Lim

Sabtu, 03 Juni 2023

  • Sir 51: 12-20
  • Maz 19:8-9, 10-11
  • Mrk 11: 27-33

TIDAK sedikit anggota Gereja yang hidup rohaninya “mager” hidup dalam zona nyaman, tidak mau repot dan merasa sudah puas.

Ada yang rindu untuk disapa, namun namun sulit melepaskan diri dari belenggu mimpi masa lalu yang dinilainya lebih menyenangkan.

Maka ketika diajak untuk bergerak aktif pelayanan atau terlibat dalam kegiatan rohani selalu saja ada alasan untuk menolaknya.

Bahkan ada kecenderungan merasa sudah menguasai semua aneka reksa pastoral yang ada dalam Gereja.

Ketika ada kegiatan baru atau inisiatif baru, yang tidak sesuai dengan apa yang diketahuinya selalu curiga dan jika datang pun dengan separuh hati lalu menjadi penonton atau pengamat.

“Kegiatan seperti ini sudah pernah diadakan dulu zaman romo X atau romo Z,” ujarnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

Jawab Yesus kepada mereka: “Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.

Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya.”

Ketidaksenangan pada gerakan Yesus membuat orang berusaha menbendung Yesus.

Pertanyaan mereka soal kuasa Yesus menunjukkan bahwa ahli Taurat dan Orang Farisi tidak senang dan menentang apa yang dilakukan Yesus.

Sebenarnya para ahli Taurat tahu tentang baptisan Yohanes yang ditanyakan Yesus kepada mereka itu berasal tetapi merasa ‘gengsi’.

Mereka diam bukan karena tidak tahu, namun karena pertimbangan manfaat yang diakibatkan oleh jawaban mereka.

Hal itu terjadi karena latar belakang pertanyaan mereka kepada Yesus adalah tidak senang, tidak menghargai, tak mau menerima penjelasan Yesus.

Dan bagi Yesus, tak ada gunanya memberi jawaban kepada mereka, sebab tak berguna dan mereka tak percaya. Hati mereka tertutup.

Hati yang tertutup adalah substansi dari penolakan terhadap Yesus.

Bagaimana sikap hatiku sendiri dalam hidup menggereja di paroki?

Apakah hatiku tetap terbuka dengan ajaran dan penjelasan dari pastor, guru agama atau pengajar-pengajar yang memimpin pendalaman iman?

Atau hatiku tertutup, karena tak percaya atau aku merasa ngengsi, merasa sudah tahu?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here