Renungan Harian
Selasa, 10 Mei 2022
Bacaan I: Kis. 11: 19-26
Injil: Yoh. 10: 22-30
BERITA di media sosial berkaitan dengan situasi politik semakin marak dan semakin tajam. Sisa-sisa perpecahan kelompok karena pemilu yang lalu -meski sudah sekian tahun lalu- masih ada; bahkan dimunculkan lagi.
Apa yang muncul dalam berita-berita itu menjadikan banyak hal kabur mana yang benar dan mana yang hoaks.
Berita-berita yang mewartakan data yang benar dianggap hoaks, sedangkan data-data hoaks dianggap benar.
Kelompok yang sebut saja “anti” pemerintah selalu menyebut bahwa pemerintah telah gagal menjalankan tugasnya. Sehingga mereka menuntut agar presiden turun dan pemerintah diganti oleh kelompok mereka.
Kelompok ini selalu mengomentari apa pun yang dibuat oleh pemerintah dengan nada negatif. Apapun yang dibuat pemerintah sebagai sesuatu yang salah atau bahkan dianggap hanya sekedar pencitraan.
Sementara itu kelompok yang sebut saja “pro” pemerintah memuji-muji bahwa pemerintah telah berhasil menjalankan tugasnya. Mereka menunjukkan data yang menunjukkan keberhasilan pemerintah.
Semua kritik dan komentar kelompok “anti” pemerintah selalu dijawab atau dibuat berita yang menunjukkan bahwa kritik dan komentar itu salah.
Apa yang terjadi adalah perang opini yang sering kali disertai data-data. Soal mana yang benar tentang data itu tidak tahu.
Situasi menunjukkan bahwa apa pun yang dianggap sebagai bukti keberhasilan pemerintah tidak pernah akan dipercaya. Semua pertanyaan, pernyataan dan kritik yang dialamatkan kepada pemerintah dan menuntut pembuktian kinerja pemerintah, seolah sebuah pertanyaan, pernyataan atau kritik yang bersifat retoris saja karena tidak membutuhkan jawaban.
Apa pun jawaban dan bukti yang diberikan tidak akan dipercaya.
Demikian pula kritik, pernyataan yang mungkin benar dari kelompok “anti” pemerintah juga dianggap sebagai “angin lalu”.
Semua itu bersumber pada kepentingan yang berbeda. Kepentingan telah menyebabkan “mata tertutup”.
Semua hal tidak berguna sejauh tidak memenuhi kepentingannya.
Situasi ini kiranya menggambarkan situasi pengalamanku dengan Tuhan.
Aku sering kali mengeluh, bertanya dan bahkan marah dengan Tuhan karena kepentinganku tidak terpenuhi. Aku sering mencari bukti-bukti bahwa Tuhan mencintai aku, hadir dan terlibat dalam diriku.
Namun apa pun yang kuterima dan kualami tidak pernah menjadi bukti bahwa Tuhan sungguh-sungguh mencintai, hadir dan terlibat dalam hidupku karena tidak memenuhi kepentinganku.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Yohanes:
“Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya.”