Bacaan 1: Yeh. 2:8-3:4
Injil: Mat. 18:1-5.10.12-14
Banyak orangtua pusing saat menghadapi perilaku anak-anaknya yang nakal apalagi bandel. Ketika berpergian kadang membuat repot dengan mengganggu orang lain. Kalau ditegur nangis atau bahkan malah ngamuk.
Memang tidak mudah, mendidik anak agar patuh pada nasihat orangtua. Perlu kesabaran, strategi, usaha dan kerja keras untuk mengajar dan mendidik anak-anak.
Namun, dalam diri anak nakal sering tertanam sebuah motivasi besar untuk sukses.
Sebagai “Bangsa Terpilih”, Bangsa Israel bisa dimasukkan ketegori “anak nakal” bahkan bandel. Bagaimana tidak, mereka dipilih dan diutus untuk mengenalkan Allah kepada bangsa-bangsa yang belum mengenal-Nya. Namun malah tergelincir ikut-ikutan “memberontak” Allah dengan menyelingkuhi-Nya.
Melalui Nabi Yehezkiel, Allah ingin mempertobatkankan mereka melalui pengutusan mewartakan firman-Nya. Awalnya Yehezkiel nampak ragu, sehingga Allah perlu mengulangi perintah-Nya. Allah meneguhkan agar ia tidak perlu takut dan gagal.
Yehezkiel harus taat kepada-Nya, perintah yang diberikan lewat sebuah penglihatan tentang gulungan kitab yang harus ia makan.
“Hai anak manusia, makanlah apa yang engkau lihat di sini; makanlah gulungan kitab ini dan pergilah, berbicaralah kepada kaum Israel.”
Perintah yang harus disabdakan-Nya sampai dua kali sebagai peneguhan kepada Nabi Yehezkiel.
Anak kecil yang tersesat.
Mencoba merasakan perasaan Tuhan Yesus, saat di Galilea bersama para murid-Nya. Yesus memberitahukan kisah sengsara-Nya untuk kedua kalinya pada para murid. Bukannya prihatin, “anak-anak nakal” ini malah membicarakan siapa yang menjadi terbesar dalam Kerajaan Allah.
Dengan bijak Tuhan Yesus menjawab sambil menunjuk pada seorang anak kecil.
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu
- tidak bertobat
- dan menjadi seperti anak kecil ini,
- kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga.”
Wejangan kepada mereka ditutup dengan cerita kembalinya “anak tersesat”.
Allah sebagai “Gembala yang Baik” senantiasa mencari domba-Nya yang tersesat (meski hanya satu). Allah tidak menghendaki seorang pun dari anak kecil itu tersesat, hilang atau binasa.
Kembalinya yang tersesat akan memberikan sukacita pada-Nya.
Pesan hari ini
Untuk kamu yang “masih menjadi anak nakal”, cobalah berubah menjadi anak baik agar orangtuamu tidak pusing.
Allah tidak ingin kamu “nakal dan tersesat”.
“Dengan caranya sendiri, anak nakal bisa sukses. Namun pertanyaannya, kapan kamu akan menghentikan kenakalanmu untuk memulai suksesmu?”