Minggu, 6 Desember 2015
Minggu Adven II
Bar 5:1-9; Flp 1:4-6.8-11; Mzm 126:1-2ab.2cd-3.4-5.6; Luk 3:1-6
Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan, “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis! Maka Allah akan mengampuni dosamu…”
MINGGU, 06 Desember 2015, dalam penanggalan Liturgi Gereja Katolik disebut sebagai Minggu Adven yang kedua. Masa Adven terdiri dari empat hari Minggu dari Minggu Adven Pertama (29 November 2015), hingga Minggu Adven Keempat, tanggal 20 Desember 2015. Masa Adven (dari kata Adventus – dalam bahasa Latin berarti kedatangan) merupakan masa persiapan umat beriman menyambut kedatangan Yesus Kristus. Kedatangan dalam konteks dekat dikenang pada Hari Raya Natal, sebagai kenangan atas kedatangan Yesus Kristus yang pertama. Kedatangan dalam konteks menengah dan panjang, yang kapan terjadinya tak seorang pun tahu, adalah kedatangan-Nya pada akhir zaman baik massal (kiamat) maupun personal (kematian) kita. Dalam kedua konteks itulah, Masa Adven diselenggarakan bagi umat beriman Kristiani.
Pada Minggu Adven Kedua, kita diajak untuk kian tegas menanggapi kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Kita diundang untuk mendengarkan suara-Nya dan menanggapi kedatangan-Nya dengan pertobatan kita. Itulah yang di dalam Injil diserukan oleh Yohanes Pembaptis (Lukas 3:1-6). Siapakah Yohanes Pembaptis dan apa maknanya bagi kita sekarang ini? Menurut St. Lukas, Yohanes Pembaptis adalah anak Zakharia, seorang imam dalam tradisi Yahudi, yang melayani di bait Allah Yerusalem. Yohanes menjembatani antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang dinyatakan Allah kepada umat-Nya.
St. Yohanes Pembaptis dipenuhi oleh Roh Kudus untuk mewartakan Yesus Kristus yang telah datang di antara kita. Sebagaimana dikatakan malaikat, “ia akan dipenuhi oleh Roh Kudus bahkan sejak dalam kandungan ibunya” (Lukas 1:13,15). Kita baca dalam Injil Lukas ketika ia diberi nama Yohanes, sesaat setelah kelahirannya, ayahnya bernubuat bahwa ia akan disebut nabi Allah yang mahatinggi yang akan mempersiapkan jalan bagi Tuhan (Lukas 1:76).
Dengan demikian, Yohanes Pembaptis dipanggil untuk menjadi seorang nabi, yang menyampaikan pesan Allah bagi kita. Misinya adalah mempersiapkan jalan bagi Raja yang diurapi Allah, yakni Yesus Kristus, yang akan datang untuk menegakkan kerajaan Allah di atas segala raja dan kuasa dunia. Itulah yang secara simbolik diwartakan dalam Injil Lukas 3:1-6 yang menyebutkan seruan Yohanes Pembaptis tentang kedatangan Sang Raja yang Diurapi itu disampaian di antara segala raja dan penguasa dunia ini. Namun, Raja yang Diurapi itu mengatasi segala kuasa raja mana pun.
Karenanya, untuk menyambut kedatangan Sang Raja yakni Yesus Kristus, kita harus bertobat. Sebagaimana diwartakan oleh Nabi Yesaya dan diserukan kembali oleh St. Yohanes Pembaptis, syarat menyambut kedatangan Yesus Kristus adalah pertobatan demi keselamatan. Pertobatan itu digambarkan sebagai cara mempersiapkan jalan bagi Tuhan dengan meluruskan jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun, setiap gunung dan bukit akan menjadi rata. Yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan. Dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.
Apa artinya? Kita diajak untuk mendengarkan seruan Yohanes Pembaptis yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Setiap lembah akan ditimbun. Lembah itu adalah lembah dosa, kelemahan, dan kerapuhan kita yang akan ditimbun dengan rahmat, kerahiman, dan belas kasih pengampunan-Nya. Maka kita harus bertobat agar bisa mengalami rahmat-Nya. Yang berlekuk-lekuk akan diratakan. Yang berliku-liku akan diluruskan. Itu gambaran sikap tidak jujur. Suka berkelit bersilat lidah hanya untuk menutupi kebohongan demi keboihongan bahkan membohongi rakyat dan umat. Melalui pertobatan, sikap itu akan diluruskan. Gunung dan bukit akan menjadi rata. Gunung dan bukit adalah lambang keangkuhan, kesombongan, dan kecongkakan. Tuhan sendiri yang akan meratakannya.
Betapa kekuasaan dunia ini ditandai oleh sikap-sikap yang melawan kehendak Allah. Ketidakjujuran, tipu-tipu politik demi kepentingan sendiri dan kelompoknya. Kerakusan dan keserakahan. Korupsi. Arogansi. Tidak peka terhadap kebutuhan rakyat dan masyarakat. Semua itu menjadi penghalang dalam menyambut kedatangan Tuhan. Maka, bila tidak ditandai pertobatan, Tuhan sendiri yang akan turun tangan untuk bertindak demi umat-Nya.
Menyambut kedatangan Tuhan membutuhkan sikap pertobatan. Pertobatan adalah kerelaan untuk berubah dan diubah oleh sabda-Nya. Berbalik ke arah yang benar. Menolak segala bentuk kejahatan. Mengubah cara pikir, bicara, bertindak yang tidak mencerminkan kasih Allah. Pertobatan seperti itu, akan mendatangkan pemulihan, pengampunan, penyembuhan dan penguatan bukan hanya bagi yang bersangkutan melainkan juga bagi semakn banyak orang. Itulah yang disebut dengan kesejahteraan. Melakukan yang baik. Menolak yang jahat. Inilah yang mestinya dihadirkan dan dihayati oleh para pemimpin kita yang hari-hari ini sibuk dengan segala kebohongan yang merugikan bangsa, rakyat dan masyarakat.
Hari-hari menjelang Pilkada di berbagai daerah tak luput dari harapan untuk pertobatan. Para calon pemimpin daerah tidak boleh main uang, main suap, apalagi menipu rakyat dengan janji-janji palsu. Rakyat harus kian cerdas memilih yang bersih, yang sudah terbukti mewujudkan keharmonisan dan kerukunan. Tidak perlu terbuai oleh janji-janji palsu yang pasti akan dikhianati bila terpilih nanti. Pilih yang yang terbukti tanpa janji. Jangan pilih yang berjejak korup di masa lalu, entah yang bersangkutan, entah rekam jejak dinasti kekuasaan sebelumnya. Semoga kita pun bisa bertobat dan dijiwai Roh Kudus sehingga memilih yang terbaik, meski kadang di antara yang kurang baik.
Mari kita jadikan momen Adventus ini sebagai langkah menantikan dan memilih pemimpin yang baik yang sesuai dengan citra Sang Pemimpin yang kita nantikan kedatangan-Nya, yang penuh damai-sejahtera, adil, jujur dan sudah terbukti mengendepankan kerukunan, keharmonisan, serta kemaslahatan masyarakat dan umat. Tuhan memberkati!
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)