“Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal pula di depan para malaikat Allah.” (Luk 12,9).
DALAM persidangan kasus e-KTP, mantan Mendagri dihadirkan sebagai saksi, bersama dengan beberapa saksi lainnya. Dalam persidangan itu, mantan Mendagri menyangkal keterlibatannya di dalam kasus itu dan menyatakan bahwa dirinya tidak menerima uang satu rupiah pun. Tugasnya adalah mengawasi dan memastikan kelancaran proyek. Segala hal teknis dan anggaran diserahkan kepada Kuasa Pengguna Anggaran. Maka setiap kali ditanya soal anggaran, beliau menjawab, “Tidak tahu.” Pengalaman yang sama juga pada mantan pejabat lain yang diperiksa KPK sebagai tersangka, yakni YS. YS pun menyangkal; dia mengaku tidak mengenal Ketua DPR, SN, yang diduga terlibat di dalam kasus ini.
Menyangkal merupakan tindakan manusiawi, artinya sering dilakukan oleh banyak orang. Penyangkalan tidak hanya dilakukan oleh para mantan pejabat, tetapi juga oleh banyak orang lain di dalam kasus atau peristiwa yang berbeda-beda. Seorang artis menyangkal bahwa kepergiannya ke tanah suci dibiayai oleh agen FT; seorang siswa menyangkal bahwa dirinya mencontek; seorang anak menyangkal bahwa dirinya mengambil uang ayahnya; seorang pemuka agama menyangkal bahwa ucapannya telah menebar benih kebencian, dsb.
Menyangkal artinya menolak atau tidak mengakui hal-hal yang dituduhkan kepada seseorang berkaitan dengan ucapan, sikap, perilaku atau tindakan tertentu, yang biasanya berkaitan dengan kejahatan, kesalahan, kekeliruan atau hal-hal tidak benar lainnya. Penyangkalan dilakukan karena mereka memang benar-benar tidak mengucapkan dan melakukan sesuatu yang jahat, tidak benar dan tidak baik. Mereka berani bersumpah di hadapan Allah dan orang lain berkaitan dengan hal ini.
Selain itu, ada pula orang yang memang mengucapkan dan melakukan sesuatu yang jahat, keliru dan salah; namun mereka berusaha menyangkal semua tuduhan sebagai bentuk pembelaan diri dan untuk menyelamatkan diri; sebagai usaha untuk menjaga nama baik dan bersih. Mereka berusaha mencari celah, alasan, bukti dan saksi yang bisa menghindarkannya dari sangsi atau hukuman yang kemungkinan bakal diterimanya.
Penyangkalan tidak hanya berkaitan dengan sesuatu yang salah, keliru atau jahat; tetapi juga bisa berkaitan dengan sesuatu yang baik dan luhur, yakni iman atau keyakinan. Orang bisa menyangkal keyakinannya akan Allah atau imannya akan Yesus Kristus di hadapan banyak orang. Penyangkalan bisa dilakukan dengan mengucapkan pengakuan iman lain, menyembunyikan identitas agamanya, menyembunyikan tanda atau simbol-simbol yang berkaitan dengan iman atau keyakinannya, bersaksi atau bersumpah di depan publik, atau dengan cara lain.
Banyak orang menyangkal iman atau keyakinannya karena berbagai macam alasan, seperti: untuk mendapatkan pangkat, jabatan atau kedudukan tinggi; kenaikan upah atau gaji; jodoh atau pasangan hidup; menghindari tekanan atau ancaman lingkungan atau kelompok lain. Banyak orang menyangkal iman atau keyakinannya karena sebuah keterpaksaan, sekalipun hati kecilnya memberontak dan tidak bisa menerima. Mereka menyangkal keyakinan atau iman akan Allah karena tidak kuat lagi bertahan di dalam kesulitan, tekanan dan penderitaan hidup.
Menyangkal iman dan keyakinan di depan orang lain yang seiman atau berbeda iman adalah sebuah pilihan hidup bagi setiap orang, dengan berbagai pertimbangan pribadi. Yang perlu disadari juga adalah konsekuensi yang kelak harus diterima oleh mereka yang menyangkal iman atau keyakinannya pada saat ini. Mereka pun akan disangkal di depan para malaikat Allah.
Dalam peristiwa dan pengalaman apa, saya pun pernah membuat penyangkalan terhadap ucapan, sikap, perilaku, tindakan dan imanku akan Allah? Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)