Renungan Harian
Sabtu, 11 Juni 2022
PW. St. Barnabas, Rasul
Bacaan I: Kis. 11: 21b-26; 13: 1-3
Injil: Mat. 10: 7-13
DALAM perjumpaan dengan para ketua lingkungan di berbagai tempat di mana saya menjalani pengutusan keluhan yang selalu muncul adalah sulitnya mengumpulkan umat di lingkungannya.
Setiap kali pertemuan lingkungan umat yang datang hanya sedikit dan hanya itu-itu saja. Sementara menurut data, jumlah anggota lingkungan cukup banyak; kalau dihitung berdasarkan persentase tidak lebih dari 25 persen.
Keluhan terhadap kehadiran masih ditambah dengan kehadiran bapak-bapak yang amat sedikit dan orang muda. Artinya dalam pertemuan lingkungan yang hadir sebagian besar adalah ibu-ibu dan oma-oma.
Hal yang amat memberatkan para ketua lingkungan sebenarnya lebih soal bagaimana menyapa anggota lingkungan.
Banyak umat anggota lingkungan seperti tidak peduli dengan lingkungannya. Setiap kali para ketua lingkungan atau pengurus lingkungan menyapa dan mengajak untuk berkumpul tidak pernah mendapatkan tanggapan.
Setiap kali dikunjungi tidak pernah ada di tempat selalu hanya ART-nya yang ada. Setiap kali diberi undangan baik lewat undangan dalam bentuk surat undangan (hardcopy) maupun lewat pesan WA tidak ada tanggapan.
Kalaupun ada satu dua orang yang memberi tanggapan selalu mengatakan bahwa dirinya sibuk.
Para ketua lingkungan dan pengurus lingkungan sering kali merasa seperti “pengemis” yang minta-minta tanggapan atas sapaan yang diberikan. Kadang muncul niatan di dalam diri para ketua lingkungan dan pengurus lingkungan untuk cuek dengan mereka yang disapa tetapi tidak peduli.
Satu sisi sudah lelah menyapa dan jengkel tetapi disisi lain merasa bahwa menyapa adalah tugas perutusan yang harus mereka jalani. Belum lagi berhadapan dengan orang-orang yang menurut mereka “orang aneh”.
Setiap kali diberi undangan, setiap kali disapa, setiap kali diajak tidak pernah memberi tanggapan apapun; namun saat ada acara pertemuan dan tidak diundang marah-marah ke ketua lingkungan dengan kata-kata yang tidak mengenakan.
Pengutusan menjadi ketua lingkungan dan pengurus lingkungan untuk menyapa warganya yang tidak aktif dan tidak peduli adalah sungguh pengutusan yang menghabiskan energi dan “makan hati”.
Dari pengalaman di atas ternyata soal menyapa bukan hal yang mudah. Menyapa membutuhkan kerendahan hati yang luar biasa, membutuhkan kebesaran hati dan terlebih hati yang rahim.
Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Matius kiranya meneguhkan kita semua, bahwa usaha dan perbuatan baik yang ditolak, maka rahmat kebaikan itu kembali dan memperkaya aku.
“Jika mereka layak menerimanya, salam itu turun ke atasnya; jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.”