Menyelamatkan Nyawa

0
13 views
Salib di Sanctuari La Verna, Italia. (Fictorium N. Ginting OFMConv)

Kamis, 6 Maret 2025

Ul. 30:15-20;
Mzm. 1:1-2,3,4,6.
Luk. 9:22-25

SERING kali kita dihadapkan pada pilihan: mengikuti kehendak Tuhan atau mengejar kesenangan dunia.

Dunia menawarkan kekayaan, jabatan, dan kenikmatan, tetapi semua itu sementara dan bisa menjerumuskan kita dalam kehancuran.

Yesus mengajarkan bahwa hidup bukan tentang seberapa banyak yang kita miliki, tetapi tentang seberapa taat kita kepada Tuhan.

Kekayaan dan kesuksesan tidak salah, tetapi jika kita mencapainya dengan mengorbankan iman, hati nurani, atau hubungan kita dengan Tuhan, maka kita justru merugikan diri sendiri.

“Meski saya merindukan pekerjaan itu, namun saya mengundurkan diri karena pekerjaan itu, menuntut saya untuk sering berbohong dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan iman saya,” kata seorang pemuda.

“Awalnya saya ragu. Saya berpikir, “Ini kesempatan emas. Dengan gaji yang besar saya bisa memiliki sesuatu yang telah lama saya rindukan.

Namun, di dalam hati, saya juga mendengar suara lembut yang berkata, “Apa gunanya semua itu jika hatimu jauh dari Tuhan?”

Saya mulai gelisah. Saya sadar bahwa jika saya memilih jalan ini, mungkin saya akan sukses dalam hidup di dunia, tetapi akan kehilangan damai sejahtera dan hubunganku dengan Tuhan akan jauh.

Akhirnya, saya memilih mundur dan memilih pekerjaan yang lebih sederhana tetapi tetap dalam kebenaran.

Meski tidak sekaya teman-teman, saya hidup dengan sukacita karena hatiku aku tidak harua menghianati iman kepercayaanku,” ujarnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.”

Banyak orang sibuk mengejar dunia yang dianggap dapat menjamin nyawanya. Akan tetapi itu justru membuat mereka kehilangan nyawa.

Mereka mengorbankan kesehatan demi uang dan menghabiskan uang demi kesehatannya.

Mereka menganggap dengan memenuhi segala keinginan daging akan membuat hidup mereka menjadi sukacita.

Namun kenyataan ternyata berbicara sebaliknya. Mereka yang terobsesi mengejar keinginan daging justru terjebak ke dalam berbagai penderitaan.

Keinginan daging seperti keserakahan, hawa nafsu, dan ambisi duniawi menjanjikan kepuasan, tetapi kenyataannya hanya menimbulkan ketidakpuasan yang lebih besar.

Seperti air laut yang diminum tidak akan menghilangkan haus, melainkan semakin membuat kita kehausan.

Sebaliknya, mereka yang hidup dalam kehendak Tuhan menemukan kedamaian sejati.

Tuhan tidak melarang kita untuk menikmati hidup, tetapi Ia menghendaki agar kita tidak diperbudak oleh keinginan dunia yang menjauhkan kita dari-Nya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku mengejar keinginan daging lebih daripada kehendak Tuhan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here