Menyesatkan

0
280 views
Ilustrasi: Penelitian laboratorium. (Ist)

Renungan Harian
Sabtu, 12 Februari 2022
Bacaan I: 1Raj. 11: 29-32; 12: 19
Injil: Mrk. 7: 31-37

DALAM beberapa pekan ini, virus corona merebak lagi. Penyebarannya amat cepat sehingga banyak yang terpapar bahkan mereka yang sudah mendapatkan vaksin tiga kali tidak terhindar dari paparan virus ini.

Memang dari sisi gejala sebagian besar mengalami gejala sedang sehingga banyak yang menjalani isolasi mandiri di rumah.

Dengan begitu ketersediaan kamar di rumah sakit sampai saat ini masih aman.
 
Berkaitan dengan merebaknya virus corona ini ada surat edaran dari Menteri Agama yang salah satu isinya mengimbau agar warga senior yang berumur 60 tahun plus tidak mengikuti ibadah di tempat ibadat tetapi ibadah di rumah.

Di samping itu juga pembatasan jumlah jemaat yang hadir di tempat ibadat. Dengan adanya surat edaran itu, maka kami para pastor paroki diminta membuat diskresi masing-masing sesuai dengan keadaan paroki masing-masing.
 
Diskresi berkaitan dengan hal ini tidak mudah dan tidak sederhana.

Pertama, umat sudah lama ikut misa online dan nyaman dengan misa online. Umat yang sudah nyaman dengan misa online ini diimbau untuk kembali ikut misa offline karena sudah memungkinkan ikut misa offline apalagi sudah mendapatkan vaksin dua kali.

Umat diberi penjelasan bahwa ikut misa online bukanlah ikut misa yang sesungguhnya karena ini bentuk pastoral luar biasa. Umat yang diimbau ini mulai semangat lagi untuk datang ke gereja dan ikut perayaan ekaristi.

Kedua, kegiatan pastoral sudah mulai jalan lagi secara offline, baik itu berbentuk pembinaan-pembinaan, maupun pendampingan-pendampingan.

Ketiga, umat senior 60 tahun plus yang awalnya belum boleh ikut perayaan ekaristi offline akhir-akhir ini mulai diperkenankan dan mereka amat semangat untuk ikut perayaan ekaristi.

Dengan memperhatikan ketiga hal tersebut, menjadi agak rumit untuk membuat “aturan-aturan” berkaitan dengan perayaan ekaristi terutama dan bentuk-bentuk pastoral lain.
 
Ada kekhawatiran, kalau kembali memberlakukan misa online jangan-jangan maksud baik ini menjadi sebuah bentuk penyesatan.

Aturan ini bisa membuat umat kembali merasa nyaman dengan misa online karena ada semacam legalitas dari Gereja.

Dengan adanya misa online dan bentuk-bentuk pastoral online sisi kesatuan dan perjumpaan menjadi minim dan juga dari sisi keseriusan juga minim.

Bagi umat senior yang amat bersemangat mengikuti misa offline kemudian diminta misa online lagi tentu amat mengecewakan bagi mereka.
 
Situasi ini menjadi tantangan besar bagi para “pemimpin dan gembala” dalam menentukan kebijakan pastoral.

Sebagaimana disebut di atas tantangan besarnya adalah apakah kebijakan pastoral ini sungguh-sungguh menghantar umat semakin dekat dengan Allah dan semakin maksimal mendapatkan pelayanan; atau justru menyesatkan umat dengan alasan yang baik, logis dan suci.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Kitab Raja-Raja, Raja Yerobeam membuat patung lembu emas sebagai sembahan yang menyesatkan umat Israel.

“Maka hal itu menyebabkan orang berdosa. Sebab rakyat pergi ke Betel menyembah patung yang satu dan ke Dan menyembah patung yang lain.”
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here