TEMPAT ideal untuk tumbuh kembang adalah rumah. Dalam rumah terjadi komunikasi dan interaksi yang intens. Setiap penghuni Rumah bertanggungjawab untuk ambil bagian secara penuh.
Semakin dikatakan ‘Rumah Sehat’, terdapat keterbukaan dan transparansi guna memudahkan proses komunikasi dan belajar berlangsung.
Sadar akan tantangan dan kesulitan tercapainya keterbukaan dan transparansi, setiap penghuni rumah berkomitmen untuk konsisten ‘Merapihkan Rumah’.
Yang dimaksud ‘Merapihkan Rumah’ adalah setiap penghuni terus memperbaiki dan mempertajam rasa saling percaya satu sama lain. Selalu diupayakan kemudahan mengakses informasi penting yang mendukung setiap usaha belajar lebih efektif.
Sebelum memutuskan sebagai ‘berkeluarga’, sepasang kekasih biasanya membangun kesepakatan dengan ‘Merapihkan Rumah’. Artinya ‘Merapihkan Diri’ – ‘inside out’.
Sejak saat menikah suami istri mesti memiliki concern untuk menggali potensi diri dan pasangan.
Jika negatif dan destruktif dicarilah jalan agar bisa konstruktif dan komunikatif. Kendati mereka ke mana-mana, tetap saja acuan atau komitmen yang melandasi adalah ‘Rumah’. Maksud terdalam ini adalah diri sendiri.
“Apakah sederhana seperti itu? Bagaimana jika bosan di rumah?”
Jika bosan, kembali saja pada komitmen dasar: ‘Merapihkan Rumah’ konkretnya: Merapihkan rumah menurut komunitas sebelah ‘Jer basuki mawa beya’.
Artinya: jika ingin kualitas, berjuanglah dengan sungguh. Di situ ada harga yang harus dibayar!”
Komunitas hening dan berefleksi. Hari ini mereka puas dengan diskusi ‘Merapihkan Rumah’ walau berat, mereka taat.
Sadar manfaat yang akan diperoleh ketika setia berubah dari diri sendiri dulu menjadi positif dan konstruktif.
Saatnya mendengarkan suara hati…