Sabtu 23 September 2023.
- 1Tim. 6:13-16.
- Mzm. 100:2, 3, 4, 5.
- Luk. 8:4-15.
PADANG gurun dan kehausan adalah dua hal yang saling terkait erat.
Secara letak geografi, padang gurun merupakan tempat yang menerima atau mendapatkan curah hujan dalam jumlah yang sangat sedikit.
Oleh sebab itu, daerah gurun sering kali menjadi terasa sangat panas, kering, dan gersang khususnya pada siang hari.
Sangat sulit bagi orang mencari sumber air di padang gurun. Air adalah satu-satunya yang dapat membuat orang dapat bertahan hidup ketika berada di padang gurun.
Tubuh manusia bisa bertahan hidup beberapa hari bahkan minggu tanpa makanan. Akan tetapi, tubuh manusia tidak bisa bertahan hidup lama tanpa air.
Tidak hanya manusia, binatang pun tidak bisa bertahan hidup lama tanpa air khususnya rusa. Rusa adalah salah satu binatang yang hidupnya banyak bergantung dengan air.
Demikian juga tumbuhan, pertumbuhannya sangat tergantung dnegan air. Tanpa air tumbuhan akan layu dan mati.
Seorang penabur tahu pasti bahwa hanya menabur di tanah yang subur dan kemungkinan selalu ada air akan membantu tumbuh kembangnya tanaman.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis.
Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air.”
Tantangan bagi kita saat ini adalah bagaimana tanah yang kuta miliki bisa diolah dan dimanfaatkan dengan baik.
Dengan kata lain, bukan soal keadaan tanah kita saat ini yang menjadi masalahnya, tetapi lebih soal bagaimana kita merawat dan mengubah keadaan tanah kita.
Jika.kita memiliki tanah yang subur, tetapi tanaman dan tanahnya tidak dirawat dengan baik, akan menghasilkan buah yang tidak maksimal
Sebaliknya, bila tanah yang tidak subur terus menerus diolah, diberi pupuk, dan diberi air secukupnya, pasti pada akhirnya akan bisa menghasilkan buah.
Maka yang menjadi kata kuncinya adalah perawatan. Tanpa perawatan benih akan mati atau tumbuh tanpa buah yang optimal.
Dalam konteks ini, kesalahan kita adalah saat kita tidak merawat tanah atau hati ini secara konsisten alias malas-malasan.
Bagaimana dengan diriku?
Gereja menyediakan banyak sarana untuk perawatan hati kita (doa, ekaristi, Kitab Suci, sakramen dan yang lain-lain), sudahkah kita manfaatkan semaksimal mungkin?