TRADISI merayakan Tahun Baru Imlek bagi umat Katolik etnis Tionghoa merupakan momen penting untuk mengungkapkan rasa syukur, kegembiraan dan harapan yang dirayakan dalam nuansa kekeluargaan.
Selain itu, Perayaan Imlek yang jatuh pada Selasa, 5 Februari 2019 menurut kalender China dengan Tahun Babi Tanah ini juga sebagai wujud kepedulian dan solidaritas untuk berbagi rezeki khususnya bagi mereka yang sangat membutuhkan.
“Ada dua pesan penting yang perlu ditekankan pada perayaan syukur Tahun Baru Imlek ini yakni kesadaran untuk bersyukur atas pengalaman hidup sepanjang tahun yang lalu dan solidaritas berbagi dengan saudara/saudari kita yang lebih membutuhkan. Sebab dengan berbagi, timbul kebahagiaan yang positif, baik bagi mereka yang mendapat rezeki atau yang membaginya,”ungkap Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus dalam homilnya pada misa syukur Imlek di Gereja St. Yosef Katedral Pontianak.
Hadir pula di altar dalam konselebrasi pada misa syukur Imlek adalah Romo Alexius Alex Pr, Romo Yosep Maswardi Pr, Romo Andreas Kurniawan OP, Romo John Rustam Pr, Romo Saut Maruli Tua Pr, Romo Nantes OP, Romo Elenterius Bon SVD, Rommo Russell Lapidez Jr OAR, Romo Dominador D. Mercado Jr OAR, serta Diakon Valerius Hilarion Hendra Tjen.
Perayaan yang identik dengan simbol-simbol tradisi masyarakat Tionghoa seperti angpao, kue keranjang, jeruk, shio, lampion, barongsai dan kembang api ini diawali dengan pertunjukan atraksi barongsai yang dibawakan oleh Komunitas Barongsai Sejahtera di depan pintu masuk Gereja. Kemudian disusul dengan tarian perarakan yang dibawakan TK Karya Yosep Pontianak.
Memaknai dengan iman
Di hadapan ribuan umat yang hadir, Mgr. Agus menyampaikan pesan bahwa perayaan Imlek adalah saat yang tepat untuk merefleksikan perjalanan hidup dengan iman.
“Tahun lalu juga bisa diibaratkan sebagai kaca mata untuk bercermin serta merenungan ternyata betapa pentingnya bersyukur atas hari-hari yang lalu. Hari ini, kita diingatkan Tuhan untuk lebih menyadari bahwa begitu penting hati tertuju pada Tuhan,” ungkap Uskup.
“Jika hati dan pikiran kita tertuju pada Tuhan artinya kita berserah dengan Tuhan, dengan sendirinya berkat dan hidup sejahtera akan kita peroleh. Percaya adalah kunci untuk mencapai dan menyadari betapa indahnya rencanNya,” sambungnya.
Setelah berkat penutup, Mgr. Agus memberkati bingkisan Imlek berupa jeruk-jeruk dan kue kerajang yang akan dibagikan kepada seluruh umat yang hadir.
Anak-anak juga mendapatkan angpao dan berkat khusus dari Uskup.
Selain itu, Uskup yang piawai berpantun ini juga membagikan jeruk berkat dan angpao bagi umat yang berusia 70-97 tahun.
Menurut Mgr. Agus, makna angpao dengan amplop merah yang dibagikan ini terdapat pesan kemanusiaan yang mendalam, yaitu berbagi rezeki dan kebahagiaan.
“Angpao sebagai wujud syukur atas rezeki yang kita peroleh selama setahun sekaligus ajaran untuk menularkan rezeki dan kebahagiaan kepada banyak orang,” ungkapnya.
Perayaan imlek di Katedral Pontianak ini juga dimeriahkan dengan ragam persembahan tarian dari SD Suster Pontianak, TK Karya Yosep, TK Santa Maria serta lagu-lagu dalam misa juga dibawakan bergaya Mandarin oleh Koor KRC Paroki Santo Yosep Katedral Pontianak.
Kredit foto: Sr. Maria Seba SFIC.