Meretas Belenggu Diri, Bersiap ke Perjamuan

0
517 views
Perumpaan lima gadis bodoh dan lima gadis bijaksana

Jumat, 27 Agustus 2021

1Tes.4:1-8. Mzm.97:1:2b.5-6.10-12.
Mat. 25:1-13

TIDAK sedikit orang yang meratapi hari-hari yang telah berlalu dengan kesedihan dan penuh penyesalan.

Mereka pada masanya adalah orang yang kelihatan sibuk dalam kehidupan ini.

Mereka sibuk untuk kehidupan ini. Hingga ketika saatnya tiba untuk bertemu dengan Sang Pencipta, mereka merasa belum siap.

Banyak orang yang “kelihatannya” menyiapkan diri dan sedang menantikan saatnya masuk dalam Kerajaan Surga. Tetapi kenyataannya, ketika saatnya tiba, mereka menyadari bukanlah orang-orang yang layak dan siap. 

Ada seorang umat yang minta kepada saya untuk mengunjungi bapaknya yang sedang sakit.

Di rumah sakit, bapak itu marah-marah terus dengan semua orang. Termasuk para dokter dan perawat.

Bapak itu merasa Tuhan tidak adil. Karena di tengah semua hal baik yang selalu dia kerjakan, tiba-tiba jatuh sakit. Juga divonis mengidap penyakit kronis.

Penyakit itu menuntut dia untuk meninggalkan pekerjaannya yang selama berpuluh-puluh tahun digelutinya dengan senang hati.

“Mengapa Tuhan menimpakan penderitaan seperti ini padaku? Saat banyak hal baik sedang kukerjakan?” tanyanya protes.

“Tuhan memberi kesempatan kepada bapak. Untuk istirahat dan melepaskan semua proyek yang sedang bapak kerjakan. Saatnya bapak mengarahkan hati kepada Tuhan. Untuk mengalami keindahan bersama Tuhan,” sahutku.

“Maaf, saya tidak bisa menerima cara pikir seperti itu,” katanya tegas

“Saya merasakan apa yang saya alami ini merupakan sebuah kesewenang-wenangan Tuhan. Ibarat anak kecil yang sedang asyik gembira bermain boneka, tiba-tiba mainan itu direnggut dan kemudian anak itu dibiarkan menangis, meratap dalam ketidakberdayaan.

Kemudian anak itu disuruh berterima kasih pada orang yang merampas mainannya. Karena orang itu punya rencana lebih baik daripada kegembiraan yang sedang dialami oleh anak dengan bermain boneka,” ujarnya marah.

“Bukankah anak itu akan menukar bonekanya dengan mainan yang lain? Jika dia tahu ada mainan lebih menyenangkan dan lebih menarik hati,” sahutku.

“Saya yakin bahwa apa yang menimpa bapak bukan semata-mata keangkuhan Tuhan. Tetapi kebaikan Tuhan bagi kehidupan bapak,” sahutku lagi.

“Saya belum bisa memahami kenyataan ini. Namun jika ini kehendak-Nya, semoga ada tangan yang menuntunku hingga saya bisa berserah kepada-Nya,” ujarnya.

Dalam perumpamaan Injil hari ini, dikisahkan seorang raja yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya.

Waktu pelaksanaan perjamuan telah tiba. Segala sesuatunya untuk keperluan pesta telah tersedia.

Namun, ketika hamba-hambanya disuruh untuk memanggil para undangan, ternyata semua berdalih dengan berbagai macam alasan.

Bagimana denganku?

Apakah aku sudah siap ikut perjamuan Tuhan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here