Merindukan Sentuhan Kasih

0
594 views
Ilustrasi - (Ist)

Kamis, 13 Januari 2022

1Sam. 4:1-11.
Mzm: 44:10-11.14-15.24-25. Mrk. 1:40-45

SETIAP orang ingin hidup bahagia.

Dengan segala cara manusia menyingkirkan hal-hal yang membuat kebahagiaan menjauh dan sulit tergapai olehnya.

Setiap orang yang mengalami kesesakan tentunya mengharapkan kelepasan dan setiap orang yang mengalami penderitaan mengharapkan kesembuhan.

“Romo, saya memang sakit. Tetapi penyakit ini tidak boleh menghentikan saya berkarya dalam hidup ini,” kata seorang bapak.

“Semasih mampu, saya akan terus mengabdikan hidup untuk keluarga dan sesama,” lanjutnya.

“Iya, bapak tidak pernah mengeluh dan berusaha menjalani kegiatan seperti biasa,” kata isteri bapak itu.

“Saya selalu mengajak teman-teman yang menderita sepertiku untuk tidak pernah menyerah,” kata bapak itu.

“Karena banyak teman yang terlalu fokus pada penyakit, dan kurang pasrah hingga tidak percaya pada kuasa Tuhan,” lanjut bapak itu.

“Padahal kita tidak bisa menambah umur kita dengan besarnya rasa cemas, kuatir dan takut,” katanya.

“Tetapi kita bisa mengubah kondisi dan lingkungan kita menjadi lebih baik dengan pikiran positif, dengan pasrah pada Tuhan hingga kita tidak lagi takut akan kematian,” ujarnya lagi.

“Selain kasih Tuhan melalui para dokter dan perawat, diri kita sendirilah dokter sekaligus obat yang paling mujarab,” lanjutnya.

“Tuhan bisa membuat kita sembuh dari apa pun penyakit yang kita derita,” katanya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,”

Sekali peristiwa, seorang sakit kusta datang kepada Yesus. Sambil berlutut di hadapan Yesus, ia mohon bantuan-Nya, katanya, “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.”

Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata kepadanya, “Aku mau, jadilah engkau tahir.”

Orang kusta itu sungguh rindu akan belas kasih dan penerimaan sesamanya.

Di kalangan orang Yahudi, penderita kusta selalu dijauhi, diteriaki, bahkan diusir kembali ke tempat penampungan resmi.

Mereka selalu diasingkan dari pergaulan atau keterlibatan sosial, karena anggapan bahwa penyakit kusta itu diakibatkan oleh kutukan dari Allah karena dosa si penderita.

Penderita kusta bukan hanya menderita secara fisik namun juga menderita secara batin. Kebahagiaan hidup musnah karena penyakit dan sikap sesamanya.

Maka sentuhan Yesus yang penuh kasih, menyejukan jiwa mereka dan membebaskan raganya dari derita.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah kita juga mau melakukan sentuhan kasih kepada sesama yang menderita?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here