DALAM Injil hari ini (Markus 10: 28-31), kita baca dialog antara Petrus dan Yesus. Menanggapi ajaran Yesus (Markus 10: 17-27), Petrus bertanya kepada Yesus, “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!” (Markus 10: 28)
Yesus pun menjawab, “Sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang.” (Markus 10: 29-30).
Tuhan itu adil terhadap umat-Nya. Dia tidak membiarkan perbuatan baik para hamba-Nya tanpa balasan.
Sebaliknya, Dia membalasnya berlipat-lipat. Itulah keadilan Tuhan.
Kitab Putra Sirakh mengajari, “Berikanlah kepada Yang Mahatinggi sesuai dengan apa yang diberikan-Nya kepadamu: itu pun harus dengan murah hati dan seturut penghasilanmu. Sebab Tuhan pasti membalas, dan akan membalas engkau tujuh kali lipat.” (Sirakh 35: 9-10).
Itulah keadilan Tuhan.
Namun demikian, orang perlu memahami bahwa keadilan Tuhan itu melampaui keadilan manusia. Kerap orang tidak memahaminya. “Banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.” (Markus 10: 31).
Itulah keadilan Tuhan.
Keadilan-Nya merupakan misteri yang dibuka bagi orang kecil dan sederhana (Matius 11: 25). Banyak orang yang menganggap diri pandai dan bijak tidak dapat memahaminya.
Padahal langit memberitakan keadilan-Nya: Allah sendirilah Hakim (Mazmur 50: 6).
Hakim itu pengadil atau orang yang memutuskan perkara secara adil atau tidak memihak. Karena Tuhan itu kebaikan dan kebenaran, Dia mengadili sesuai dengan Diri-Nya sebagai hakim.
Kepada Tuhan sajalah orang mengharapkan keadilan. Dia membalas setiap perbuatan baik dan jahat. Mereka yang hidupnya baik tentu akan memperoleh balasan dari Tuhan berlipat-lipat.
Itulah keadilan Tuhan.
Selasa, 30 Mei, 2023
Alherwanta, O. Carm.