Senin, 25 April 2022
- 1Ptr. 5:6b-14.
- Mzm. 89:2-3.6-7.16-17.
- Mrk 16:15-20
PERUBAHAN zaman meminta kita untuk memperbaharui penghayatan kemuridan kita sebagai pengikut Yesus.
Salah satu unsur pokok dalam pembaharuan itu adalah penegasan identitas sebagai pribadi yang telah ditandai dengan salib Kristus dalam pembaptisan.
Penegasan identitas sebagai orang yang dibaptis ini penting, karena para murid Kristus harus mengaktualkan imannya dalam pergulatan hidup sehari-hari dalam menjawab tuntutan kebutuhan dunia dan Gereja.
“Saya sangat senang melihat raut wajah teman se-angkatan kita yang menerima benuman sebagai misionaris di Papua New Guinea,” kata seorang pastor, ketika singgah ke komunitas kami.
“Dia begitu ceria, tergambar kegembiraan dan antusiasme yang memenuhi hatinya, sesuatu yang tidak kita temui ketika dia berkaya di sini,” lanjutnya.
“Setelah sekian tahun bermisi nun jauh di sana, dia dengan bangga berbagi kekayaan pengalaman misionernya yang begitu menarik,” katanya penuh kekaguman.
“Meski dia juga katakan bahwa tanah misi perlu banyak perjuangan, apalagi dengan kondisinya sebagai anak kota, yang dididik dalam segala keteraturan dan kenyamanan,” sambungnya
“Tidaklah gampang menyesuaikan diri dengan bahasa dan budaya, pun menaklukkan medan yang sulit penuh tantangan. Apalagi harus berhadapan dengan ancaman kekerasan dari preman yang ganas atau perampok yang sadis,” syeringnya.
“Tapi hati kami tetap bahagia, dan penuh dengan rasa syukur karena boleh ikut mengambil bagian dalam karya pewartaan Injil. Semua itu menjadi sangat membahagiakan karena saya merasa Tuhan sungguh mencintai saya dan mendukung saya,” lanjutnya.
“Ketika pimpinan memutuskan saya berangkat ke tanah misi, rasanya perintah itu menggetarkan jiwaku, maka berbagai rasa berkecamuk dalam hati. Namun dengan niat membalas cinta Tuhan maka dengan pasrah saya mentaati dan melaksanakannya,” kenangnya
“Saya tidak pernah merasa dipaksa bukan pula karena terpaksa. Yang pasti saya pergi dengan gembira meski dilimputi keraguan,” sambungnya.
“Saya berkarya sepenuh hati, dan penuh kasih serta selalu berjuang untuk bertahan dalam segala situasi,” pungkasnya.
“Saya serahkan sepenuhnya pertumbuhan Injil yang kami tabur kepada Tuhan, sang pemilik ladang dan panenan,” lanjutnya lagi.
“Yang selalu saya yakini bahwa Tuhan turut bekerja dan akan meneguhkan firman-Nya dengan tanda-tanda yang menyertainya,” katanya lagi.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.
Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai,”
Pengalaman merasakan cinta Tuhan yang begitu luar biasa dalam hidup mendorong banyak orang mau menjadi pewarta Injil bahkan hingga titik darah penghabisan.
Cinta Tuhan itu pulalah yang menjadi modal pewartaan dan yang selalu mereka bagikan kepada setiap makhluk.
Sebagai pengikut Kristus, yang telah merasakan bahwa Tuhan sungguh mencintai kita dalam kehidupan ini. Kita pun dipanggil untuk mau mewartakan Injil Kabar Sukacita dengan mau membagikan cinta yang telah kita terima.
Bagaimana dengan diriku?
Sejauh mana saya mengungkapkan indentitas diri sebagai murid Yesus dalam cinta yang kita abdikan kepada setiap makluk hidup?