DALAM Injil hari ini (Matius 23:27-32), Yesus mengecam tiga kelompok orang, yakni para Ahli Taurat, kaum Farisi, dan orang munafik. Kita tidak tergolong yang pertama dan kedua, tetapi bisa jadi termasuk yang ketiga.
Bukankah kita sering bersikap munafik?
Siapakah orang munafik itu? Dia mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan tindakannya atau melakukan standar ganda. Misalnya, mengajarkan kejujuran, tetapi menipu sesamanya. Di permukaan tampaknya berbuat baik, tetapi hatinya penuh keinginan dan maksud buruk atau jahat.
Mengapa orang Farisi dan Ahli Taurat disebut munafik?
Karena mereka sering bertanya kepada Yesus bukan untuk mencari jawaban, melainkan untuk menjebak-Nya (Matius 22:15-22). Tidak tulus. Mereka juga melakukan tindakan agama demi kepentingan sendiri, bukan untuk memuliakan Tuhan (Matius 23:14).
Yesus menegaskan bahwa keindahan dan kebaikan yang sejati itu sama dengan hati dan pikiran bersih yang terarah kepada Tuhan. Orang menemukannya dalam hati yang murni. Yesus bersabda, “Berbahagialah orang yang murni hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Matius 5:8).
Sedangkan keburukan yang merusak manusia berasal dari dalam hati dan pikiran yang jahat seperti kesombongan, kerakusan, iri hati, kecemburuan, kebencian, dan hawa nafsu (bdk Matius 15:18). Itu semua membuahkan ucapan dan tindakan buruk terhadap sesama.
Yesus mengecam kaum Farisi, Ahli Taurat , dan orang-orang munafik bukan untuk merendahkan mereka, melainkan agar mereka menguji diri sendiri. Ketika membaca injil hari ini, orang perlu mengarahkan pesannya pada diri sendiri; bukan pada orang lain.
Kemunafikan itu berbahaya bagi kehidupan manusia. Orang-orang beragama bisa memanfaatkan agama untuk agenda politik dan ekonomi. Dalam kehidupan bersama, kaum munafik menipu dan mengecewakan sesamanya.
Yesus datang untuk membebaskan manusia dari dosa dan kecendetungan yang membawa manusia ke dalam pikiran dan tindakan jahat seperti kemunafikan. Mereka yang rendah hati dapat menerima pesan-Nya dan Roh Kudus membarui hati dan pikirannya.
Santo Agustinus berkata, “Adalah kesombongan yang mengubah malaikat menjadi setan, dan kerendahan hatilah yang membuat manusia menjadi malaikat.”
Rabu, 28 Agustus 2024
Peringatan Santo Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja
HWDSF