Mewaspadai Kepuasan Hidup Duniawi

0
27 views
Ilustrasi: Hedonisme, memuja kenikmatan duniawi. (Ist)

SEKILAS kita dapat melihat suatu kontras dalam ajaran Yesus. Di satu sisi, Dia memuji orang miskin, lapar, menangis; dan di sisi lain mengatakan celaka kepada orang kaya, kenyang, dan tertawa.

Yesus juga memuji bahagia mereka yang dibenci, dikucilkan, dan ditolak karena nama-Nya. Mereka ini akan mendapatkan ganjaran. Dia mengatakan celaka kepada yang dipuji-puji, karena demikianlah orang memperlakukan nabi palsu. Artinya, orang hanya mendapat pujian kosong.

Mengapa Yesus mengajarkan demikian?

Salah satunya agar manusia berhati-hati terhadap mental mengandalkan yang dicapai manusia. Menjadi kaya, kenyang,, dan bersukacita bukanlah hal tercela. Namun itu bisa membuat manusia merasa puas terhadap itu semua.

Kepuasan tersebut lebih mudah membawa manusia ke dalam percobaan. Kekayaan membuat orang menemukan kepuasan dalam barang miliknya. Orang yang bisa menikmati pelbagai makanan lebih mudah terjebak dalam gelojoh. Dan orang yang hidup dalam pelbagai “entertainment” terjebak dalam pelbagai hiburan kosong.

Akhirnya, Yesus juga berbicara tentang orang-orang yang puas karena dipuji-puji manusia. Biasanya pujian semacam itu berakhir pada kekecewaan. Sebaliknya, bila orang melihat dan memuji keutamaan dari Tuhan yang berada dalam dirinya, dia akan memperoleh kebahagiaan bersama Tuhan.

Injil hari ini (Lukas 6:20-26) mengajak kita merefleksikan sumber kepuasan hidup kita. Apakah kita mencari dan mengandalkan kepuasan yang diberikan dunia ataukah yang Tuhan berikan? Apakah kita memperhatikan perkara duniawi atau mengutamakan anugerah surgawi.

Kekayaan, rasa kenyang, dan sukacita di dunia tidak buruk. Namun sering menjebak manusia ke dalam pelbagai percobaan. Karena itu, waspadalah.

Rabu, 11 September 2024
HWDSF

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here