Mewaspadai Perasaan Cemburu

0
521 views
Ilustrasi - Irihati. (Ist)

SIKAP Saul terhadap Daud yang baru saja kembali dari mengalahkan Goliat meninggalkan pesan yang menarik.

Itu masih relevan sampai sekarang.

Setidaknya ada tiga sikap buruk yang muncul di sana, yaitu marah, merasa diperlakukan tidak adil (resentment) dan cemburu.

Ketika para wanita menari untuk menemui Daud, mereka berkata, “Saul telah membunuh ribuan, dan Daud sepuluh ribu.”

Saul marah pada saat itu.

Ia juga merasa diperlakukan tidak adil. Bukankah sebagai raja seharusnya dia ditempatkan di atas Daud?

Tetapi para perempuan lebih memuji Daud daripada Saul.

Kedua sikapnya itu menimbulkan kecemburuan dalam diri Saul. Kecemburuan itu buruk.

Sang Buddha berkata, “Dia yang iri pada orang lain tidak memperoleh ketenangan pikiran.”

Tuhan bersabda kepada Kain, yang cemburu pada saudaranya Abil.

“Mengapa kamu marah? Dan mengapa wajahmu jatuh? Jika Anda melakukannya dengan baik, apakah Anda tidak akan diterima? Dan jika Anda tidak melakukannya dengan baik, dosa ada di depan pintu. Dan keinginannya adalah untuk Anda, tetapi Anda harus menguasainya.” (Bdk. Kej 4:6-7).

Orang yang cemburu tidak berpikiran jernih dan mudah jatuh ke dalam dosa yang lebih serius.

Itu terbukti dalam diri Saul, karena ia merencanakan pembunuhan terhadap Daud yang tidak bersalah (1 Sam 19:1).

Itulah yang juga dilakukan Kain kepada saudaranya, Abil.

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita akan bahayanya kecemburuan. Kecemburuan bisa menjadi hal yang mengerikan.

Ini terkait erat dengan rasa tidak aman dan kesulitan seseorang dalam menerima diri apa adanya.

Sangat sulit untuk melihat orang lain melampaui keterampilan yang kita banggakan. Sulit untuk melihat orang mengalihkan perhatian mereka dari diri kita ke orang lain.

Sulit bagi kita untuk memiliki semangat Yohanes Pembaptis, “Dia harus makin besar; saya harus makin kecil.”

Obat untuk kecemburuan adalah menerima sepenuhnya kekuatan dan kelemahan kita dan tidak mengukur kesuksesan kita sebagai pribadi dengan apa yang dapat kita lakukan atau dengan apa yang orang pikirkan tentang kita.

Yang penting adalah bahwa kepada Allah diberikan kemuliaan dan bahwa karya Kerajaan Tuhan dilaksanakan.

Jika ada yang melakukannya lebih baik dari kita, kita harus bersyukur.

Jika beberapa tidak melakukannya lebih baik dari kita tetapi mendapatkan semua pujian, apa urusannya?

Mungkin kita terkadang juga merasa iri dengan orang lain di sekitar kita.

Bukankah perasaan itu membuat hati panas dan pikiran kurang jernih?

Bisa jadi itu mengajak kita untuk merancang hal-hal negatif terhadap orang lain.

Marilah kita mohon kepada Tuhan untuk menjauhkan kita dari sikap ini dalam hidup ini.

Semoga Tuhan membebaskan kita dari kecemburuan! Amin.

Kamis, 20 Januari 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here