BERAMAI-ramai berziarah ke Gua Maria Anjongan, Kalbar. Ini baru istimewa. Karena para peziarah yang datang bukan “orang biasa”. Mereka datang lengkap dengan seragam loreng dan lainnya.
Para peziarah ini adalah para personil TNI dan Polri yang hari-harinya bertugas di wilayah pastoral Keuskupan Agung Pontianak, Kalbar.
Dan yang menarik, yang mengajak para personil militer dan polisi ke Gua Maria di Anjongan ini adalah Uskup Keuskupan Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus dan Pastor TNI-Polri Romo Prasetyo CDD.
Jadilah pemandangan ziarah ini jadi terasa wah dan istimewa. Betapa tidak. Karena yang personil TNI berbusana doreng, pakai baret sesusai korps militernya. Sedangkan para personil polisi berbaju cokelat – seragam harian mereka.
Juga menarik, karena ziarah ini juga dihadiri oleh isteri Kapolda Kalbar yakni Ny. Nunuk Sigid Tri Hardjanto beserta anggota-anggota Polri. Mereka semua menghadiri misa TNI/Polri bersama Uskup Keuskupan Agung Pontianak, tanggal 28 Oktober 2021 pekan lalu.
Pendampingan rohani
Sejak Mgr. Agus Agustinus menjadi Uskup Keuskupan Agung Pontianak, beliau menyaksikan betapa para personil TNI-Polri Katolik dirasa perlu juga mendapatkan pendampingan rohani dari pastor.
Karenanya, sejak 30 April 2019 Mgr Agustinus Agus mengangkat Pastor Laurentius Prasetyo CDD dalam pengangkatan Pastor TNI dan Polri untuk Keuskupan Agung Pontianak periode 2019-2022 dengan nomor 132.SK/Sekr-KAP/IV/2019.
Dalam misa bersama TNI/Polri itu, Uskup menggambarkan bahwa dalam Gereja Katolik perhatian-perhatian spesifik seperti ini ‘harus-lah’ dilihat secara ‘awas’ alias jeli.
Bagi Uskup Agustinus Agus, TNI dan Polri juga manusia-manusia biasa. Mereka juga sering mengalami masa-masa kering dalam tugasnya.
Terlebih, sebagai aparat sering kali mendapat caci makian bahkan ‘sumpah serapah’ masyarakat yang tidak mengerti sering mereka lahap.
Perlakuan Khusus Gereja untuk TNI/Polri
Sialnya tugas menegakkan keadilan dan melindungi rakyat kadang menjadi lazim termanipulasi dan tak jarang serangan mental menjadi mimpi buruk bagi mereka.
Mgr Agus juga berkeinginan agar TNI/Polri juga diperlakukan khusus di dalam Gereja Katolik maka dari itu sebagai kesempatannya memilih dan menetapkan Pastor untuk TNI dan Polri di Keuskupan Agung Pontianak.
Suasana doa
Pagi yang ‘sedu-sedan’ ditambah dengan iringan musik Maria, menambah suasana sakral mengigiring anggota masuk dalam keheningan batin pagi sebelum mulai misa.
Perarakan dimulai dari rumah singgah gua Maria Anjongan.
Di sana Mgr. Agustinus Agus didampingi Pastor TNI/Polri Pastor Prasetyo CDD, Pastor Indra Lubis sebagai Pastor Paroki, dan Pastor Albert tamu dari Makassar.
Uskup Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus dalam renungannya mengatakan begini.
Di kala mengalami tantangan kerja dan tekanan mental, kata Uskup, para personil TNI-Polri itu mesti mengadu kepada siapa.
“Belum lagi soal atasan dan bawahan, termasuk masalah keluarga dan tempat tugas, kesempatan inilah saatnya kita mengadu kepada Bunda Maria,” kata Mgr Agus.
Uskup Agustinus juga mengisahkan peristiwa pesta di Kana, di mana kala itu pesta alami kehabisan anggur dan Bunda Maria minta Yesus “berbuat sesuatu” karena terjadi kekurangan anggur.
Walaupun kata Yesus waktunya belum tiba, namun Yesus tetap membuat mukjizat mengubah air menjadi anggur. Terjadi karena permintaan Bunda-nya.
Atas dasar itulah, lanjut Uskup Agustinus mengatakan demikian.
“Bunda Maria adalah ibu kita semua, bahkan di kayu salib pun, Yesus berkata kepada muridnya; Inilah ibumu dan Yesus berkata kepada ibunya; Ibu, inilah anakmu.
Sejarah Gua Maria Anjongan
Selain refleksi, Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus juga mengisahkan garis besar sejarah lahirnya Gua Maria Anjongan.
Gerakan G30S PKI tahun 1965 ikut berdampak terhadap situasi dan keamanan di Kalimantan Barat.
Saat itu, tanggal 17 Oktober 1967, terjadi peristiwa yang dikenal dengan ‘demonstrasi’ orang Dayak dan orang Tionghoa yang yang mengakibatkan banyak korban dan nyawa. Dengan kata lain terjadi pertumpahan darah dan tragedi ‘merah’ yang menyayat hati.
Prihatin dengan peristiwa tersebut dan kerinduan besar akan kehidupan yang penuh kedamaian itulah yang menggerakan hati Pastor Isak Doera Pr yang kemudian menjadi Uskup Keuskupan Sintang pada tahun 1977-1996 melakukan sesuatu.
Saat itu, almarhum dan sejak Juni 1967, almarhum bertugas sebagai pastor tentara, kepala rohaniwan katolik (Rohat) dengan pangkat tituler Mayor TNI di Kodam XII Tanjungpura.
Beliau menyarankan Antonius Leonardus van Aert –pemimpin umat di Anjongan dan dibantu oleh Simon Petrus, seorang katekis Paroki Katedral Santo Yosep Pontianak= untuk mencari tempat yang tepat untuk membangun gua Maria.
Tempat tersebut dibangun bukan hanya dimaksudkan sebagai tempat ziarah tetapi diharapkan juga sebagai tempat mempertemukan kedua kelompok yang bertikai agar terciptalah perdamaian.
Tanggal 29 April 1973 Mgr. Hieronymus Bumbun OFMCap pada saat itu masih pastor dan menjabat sebagai Vikjen Keuskupan Agung Pontianak, meresmikan dan memberkati Gua Maria Anjongan yang kemudian diberi nama ‘Maria Ratu Pencinta Damai”.
Uskup Keuskupan Agung Pontianak waktu itu adalah Mgr. Herculanus Joannes Maria van der Burgt OFMCap. Beliau menjadi Uskup kurun waktu tanggal 31 Januari 1961-2 July 1976.
Sejak saat itulah Gua Maria Ratu Pencinta Damai Anjongan resmi digunakan oleh umat Katolik sebagai tempat ziarah.
Pelayanan Pastoralnya, diilaksanakan oleh Pastor Herman Josep van Hulten OFMCap yang bertugas di Paroki Menjalin (1964-1974).
Sehubungan dengan adanya gua Maria itu, Bpk. Antonius Leonardus van Aert memberi kesaksian seperti ini.
“Orang Tionghoa dan etnis Dayak diberi kesempatan untuk saling bertemu dan memaafkan di bawah kaki Bunda Maria dan ternyata usaha ini berhasil.”
Sebagai wujud syukur kepada Bunda Maria atas terciptanya kedamaian tersebut 27 Mei 2018 diresmikan dan diberkati Patung Raksasa. Namanya “Maria Ratu Pencinta Damai” dan patung ini berlokasi di jalan masuk gua Maria.
Diberikati oleh Mgr. Agustinus Agus Uskup Agung Pontianak. Tertulis “Anjongan, 1 Oktober 2021”.
Kami bangga
Sebagai anggota perwira menengah Kodam Tanungpura, Mayor (CZI) Ignatius Agung mengaku bangga dengan kegiatan misa berkumpul bersama seperti ini.
Sebagai perwakilan anggota TNI Angkatan Darat, ia berharap semoga kegiatan berkumpul bersama seperti ini harus ditingkatkan bahkan ia mengimbau agar setiap awal bulan semua anggota bisa membawa keluarga untuk berdoa bersama dalam setiap pertemuan.
Sama dengan itu, Waka Polres Mempawah Kompol Anton juga mengungkapkan terima kasih dan perasaan luar biasa itu kepada Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus karena meluangkan waktu dan memberi wejangan rohani.
Dari jajaran TNI AL hadirlah Letda Laut (KH) Boin Nofetrus Sihotang dan dari TNI AU Letkol Kal Yohanes Eko K.
Mereka mengungkapkan rasa bangga sekaligus syukur, karena mereka boleh dipersatukan dan dikuatkan lagi dalam satu iman.