Para imam diharapkan terjun langsung melihat situasi yang dialami umat yang mengalami masalah utamanya para kaum migran dan perantau.
“Kita terpanggil untuk tugas penyelamatan. Kita ingat kata-kata Paus Fransiskus bahwa kita tidak boleh cuci tangan dari masalah kemanusiaan. Kita gerakkan pastoral kehadiran terlebih bagi mereka yang menjadi korban dari migrasi dan human trafficking,”ujar Uskup Keuskupan Atambua Mgr. Dominikus Saku Pr di hadapan para peserta rekoleksi umum yang terdiri dari para imam Keuskupan Atambua, di Aula Biara Santo Yoseph Nenuk, (Rabu, 11/9/2019).
Mgr. Domi, begitu Bapa Uskup biasa disapa menyebutkan, para uskup di Indonesia sangat prihatin tentang masalah kemanusiaan migran perantau. Karena itu, para imam dan agen pastoral diharapkan benar-benar terlibat dalam persoalan ini sehingga menemukan solusi terbaik demi hidup yang lebih manusiawi.
“Masalah kemanusiaan yang kini dihadapi menjadi kejahatan moral. Terlebih kasus perdagangan organ tubuh manusia. Ini jelas harus dilawan. Martabat manusia jangan direndahkan hanya karena kepentingan pribadi-pribadi yang tak bernurani,”ujar uskup.
Uskup meminta agar para imam dan agen pastoral memberi motivasi kepada para perantau dan migran, membantu memberdayakan dengan pemberian ketrampilan di Balai Latihan Kerja (BLK). Dengan begitu, masalah yang muncul dari kalangan migran dan perantau akibat minimnya ketrampilan dapat diatasi.
Diakhir pertemuan Monsinyur berpesan kepada para imam agar mendata umam migran dan perantau usai rekoleksi. Tak hanya profil pribadi tetapi juga masalah yang mereka hadapi. Secara khusus Uskup juga mengimbau agar semua mendoakan para perantau agar selalu sehat dan sukses dalam pekerjaan.
