“BERJEJARING pertama-tama untuk belajar. Karya besar di bidang pewartaan harus kita sadari sebagai karya Tuhan. Kemampuan intelektual, skill, dan sarana penunjang, semua itu ada spiritualitasnya yakni adanya karya Tuhan di balik itu,”ungkap Mgr. Hilarion Datus Lega, Uskup Keuskupan Manokwari-Sorong (Papua Barat) dalam paparan seminar tentang “Spriritualitas Komunikasi” pada hari Minggu, 24 Februari 2019 di Wisma Unio Weetebula.
Semua elemen diajak
Berbicara di hadapan kurang lebih 200 peserta yang terdiri dari seluruh peserta Signis Indonesia, para guru, seminaris, mahasiswa dan Komunitas Basis Gerejani (KBG), uskup yang sekaligus menjabat Ketua Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) ini juga mengatakan, tugas pewartaan bukan hanya miliknya para imam, suster dan katekis saja tetapi menjadi tanggungjawab seluruh umat.
Ketika memimpin simposium pembukaan rapat Signis ke-45 yang diawali dengan Perayaan Ekaristi di Gereja Katedral Roh Kudus Weetebula, Mgr. Datus menyampaikan kepada seluruh umat bahwa peran seorang pewarta adalah harus membawa aura positif, mewartakan kebenaran, dan membawa perubahan serta memberikan keselamatan bagi seluruh umat.
“Saya sangat mendukung Signis Indonesia ini dalam misinya untuk meningkatkan keterampilan kepada setiap profesional media Katolik yang melayani Gereja, untuk menyebarkan sukacita Injil melalui media,” ungkapnya.
Mengilhami banyak orang
Sedangkan Presiden Signis Indonesia, Romo Steven Lalu Pr dalam sambutannya menyampaikan bahwa tugas para komunikator adalah menerjemahkan pesan Gereja, nilai-nilai kristiani ke dalam bahasa radio, bahasa film pendek, teater, bahasa media sosial, bahasa televisi atau bahasa media cetak, agar boleh menginspirasi banyak orang. Sehingga banyak orang mengerti, diubah dan diselamatkan melalui karya yang yang telah dibuat.
Namun imam praja dari Keuskupan Manado (Sulawesi Utara) ini menegaskan bahwa satu hal yang hendaknya diperhatikan bahwa sebagai pekerja media ia tidak boleh bekerja sendiri, apalagi bekerja menyampaikan pesan nilai-nilai cinta kasih Gereja.
Oleh karena itu, Signis mengadakan pertemuan tahunan yang mana tujuannya adalah untuk saling berbagi pengalaman, saling memperkaya, saling mendukung demi terwujudnya misi pewartaan yang membawa orang kepada keselamatan.
“Kita semua yang ada di sini, terkumpul di bawah payung komunikasi sosial gereja, karena kita punya: Tuhan yang sama, iman yang sama, misi yang sama dan spirit yang sama. Kesamaan ini menggerakkan kita untuk bersatu dalam tugas perutusan,” ungkapnya.
Dalam dialog panel yang dibawakan oleh Mgr. Datus Lega dan Romo Steven, seluruh peserta seminar diajak untuk aktif bertanya kepada para narasumber, menyampaikan ide dan pengalaman terkait dengan pergumulan berjejaring di media sosial.
Ada pertanyaan dari mahasiswa STKIP Weetebula, Antonius demikian: “Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Signis untuk kaum muda agar mereka tertarik dalam pewartaan di media sosial?”
Sekretaris Jenderal Signis Asia, Bernadetta Widiandajani, mengatakan bahwa Signis Indonesia juga dipanggil untuk mendorong kaum muda untuk memainkan peran yang lebih besar di bidang media dan komunikasi.
“Signis merangkul kaum muda melalui program signis khusus kaum muda di antaranya adalah workshop literasi media, training radio, dll,” ungkapnya.
Oka-Woleka Adat Sumba Sambut Peserta Sidang Tahunan Signis ke-45 di Keuskupan Weetebula (1)