AWALNYA adalah seorang umat Katolik di Bandung yang mengisahkan dirinya baru saja melakukan pengakuan dosa dalam rangka pertobatan pribadi di Masa Adven menjelang Natal 2018.
Sebut saja umat Katolik di Bandunng itu namanya Carol.
Kepada Sesawi.Net, Carol berkisah bahwa ia baru saja masuk Kamar Pengakuan di sebuah gereja di Kota Bandung awal pekan di pertengahan Desember 2018 ini.
Di seberang kamar pengakuan itu ada Mgr. Hubertus Leteng yang sudah siap menerima kedatangan Carol untuk pengakuan dosa dan penerimaan penitensi.
Menjadi warga klerus Keuskupan Bandung
Tentang hal itu, Sesawi.Net langsung mengontak Mgr. Huber Leteng dan beliau berkenan memberi konfirmasinya sebagai berikut.
“Benar, saya sudah resmi menjadi warga klerus di Keuskupan Bandung. Tempat pelayanan di mana masih ditunggu. Terima kasih. Salam dan berkat Tuhan,” ungkapnya menjawab Sesawi.Net hari Kamis petang tanggal 13 Desember 2018 kemarin.
“Saat ini, saya masih putar-putar dulu berkeliling di paroki-paroki di luar kota Bandung,” jawabnya lagi.
Bukan hal aneh
Tradisi Gereja Katolik memberi kuasa penuh kepada pemimpin Gereja Lokal dalam ini Uskup setempat untuk menerima “kepindahan” seorang imam atau bahkan Uskup untuk bisa berkarya di wilayah gerejani di Keuskupannya.
Juga, ini merupakan hal biasa. Seorang imam diosesan alias romo praja “milik” keuskupan tertentu bisa saja boleh berkarya atau memang resmi ditugaskan oleh Uskupnya untuk berkarya di luar wilayah Keuskupan dari mana imam diosesan itu resmi “terdaftar” sebagai anggotanya.
Dalam hal ini, imam tersebut tidak “pindah KTP” alias tetap ber-“inkardinasi” pada Keuskupan asalnya. Ia hanya “dikaryakan” di keuskupan lain, tetapi status keanggotaannya sebagai imam tetap menjadi “milik” Keuskupan darimana dia berasal.
Hal ini bukan hal baru di dalam sejarah Gereja Katolik Indonesia.
Selepas pensiun sebagai Uskup Keuskupan Sintang di Kalbar, Mgr. Isak Doera juga tinggal di wilayah gerejani Keuskupan Agung Jakarta.
Selepas meninggalkan jabatannya sebagai Uskup Keuskupan Bogor, Mgr. Cosmas Michael Angkur OFM juga kemudian “pulang kampung” di Flores, NTT.
Sekarang ini, Mgr. Angkur berpastoral di sebuah paroki di Keuskupan Ruteng, Flores, NTT.