Mgr. Ignatius Suharyo: Hari Pertama Kongres Pemuda Indonesia II 1928 Berlangsung di Kompleks Katedral Jakarta (2)

0
2,091 views
Ilustrasi (Ist)

MARI mulai membahas topik besar tentang ‘kehadiran’ Gereja Katolik yang signifikan dan relevan pada masanya sebagaimana menjadi tema “Hari Studi Para Uskup” di perhelatan Sidang Tahunan KWI 2017.

Baca juga: 

Tentang hal ini, Ketua KWI Mgr. Ignatius Suharyo yang juga Bapak Uskup Agung KAJ memberi keterangan jelas yang bagi banyak orang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya atau malah telah melupakannya sama sekali.

Kongres Pemuda Indonesia II di tahun 1928

Siapa sangka bahwa  sidang hari pertama Kongres Pemuda Indonesia II (27-28 Oktober 1928) itu berlangsung di dalam kompleks Gereja Katedral Jakarta.

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, itu berlangsung di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB) – Waterlooplein  yang sekarang dikenal dengan nama Lapangan Banteng.

Dalam sambutannya, Ketua PPPI (Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia) Sugondo Djojopuspito berharap Kongres Pemuda II  ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara berikutnya adalah uraian Muhammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurut Yamin, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia: sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Kongres Pemuda Indonesia II di Jakarta tahun 1928. (Ist)

Rapat Kongres Pemuda II di hari kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, berlangsung di Gedung Oost-Java Bioscoop dan membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara yakni Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro berpendapat,  anak-anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula mendapat keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak-anak juga harus dididik secara demokratis.

Pada rapat penutupan Kongres Pemuda II terjadi  di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Jakarta Pusat.

Kongres Pemuda Indonesia II di tahun 1928. (Ist)

Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan (baca: Pramuka). Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri: hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Sumpah Pemuda tahun 1928

Kongres Pemuda II inilah yang akhirnya melahirkan “Sumpah Pemuda”.  Kongres Pemuda I terjadi dua tahun sebelumnya (1926) yang dibesut oleh Perhimpunan Indonesia (PI) dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan berlangsung 30 April – 2 Mei 1926 di Jakarta.

Tentang sidang hari pertama Kongres Pemuda Indonesia II di gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB) –atau dalam bahasa sekarang Pemuda Katolik—itu, Mgr. Ignatius Suharyo memberi gambaran jelas.

Ilustrasi (Ist)

“Gedung KJB itu sekarang sudah tidak ada lagi. Lokasinya ada persis di belakang Gereja Katedral Jakarta dan kini jejak bekasnya pun juga sudah sirna. Di atas tanah bekas gedung KJB itu kini suda berdiri Aula Paroki Katedral Jakarta,” ungkapnya.

Pihak KWI dan KAJ kini tengah berusaha mendapatkan semacam ‘arsip’ dan dokumen penting mengenai keberadaan gedung KJB itu di beberapa sumber sejarah di Negeri Belanda.

Itulah fakta penting yang berkisah tentang ‘keberadaan’ Gereja Katolik yang signifikan dan relevan pada masanya –jauh-jauh hari di tahun 1928 sebelum Indonesia lahir menjadi sebuah nation dan state yang baru dan berdaulat penuh.

Dengan demikian, paparan fakta historis itu menunjukkan bagaimana lingkungan sosial gereja ikut ‘membidani’ tonggak perjalanan penting bangsa Indonesia dalam sejarah perjuangannya membentuk nation baru: Sumpah Pemuda. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here