Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap: Menjadi Imam Itu Perkara Berkurban

0
346 views
Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap.

TANGGAL 26 Agustus 1970 lahirlah seorang anak laki-laki bernama Kornelius Sipayung di Bandar Hinalang, Sumatera Utara. Ibunya bernama Hogmailim Rosa Tambun Saribu br. Purba dan ayah yang tegas dalam membimbing bernama Fransiskus Hotman Deardo Sipayung.

Kornelius muda menjalani masa novisiatdi Biara Kapusin di Parapat dan menjalani pendidikan di Seminari Menengah Christus Sacerdos. Beliau juga menempuh studi lanjut di STFT (Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi) di Pemantang Siantar.

Pada tanggal 22 Agustus 1998, beliau mengucapkan kaul kekal sebagai anggota Ordo Fransiskan Kapusin Provinsi Medan. Beliau menerima Sakramen Imamat tanggal 11 September 1999 dan menerima penugasan pertamanya di Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga tepatnya di Kabupaten Karo.

Motto hidup

Deus Meus et Omnia yang artinya “Tuhankulah Segalanya dan Mengatur Segalanya” merupakan pekik kekaguman dalam keheningan mendalam akan keagungan misteri ilahi dalam karya ciptaan dan kemuliaan karya penebusan.

Sekitar tahun 2002, beliau ditugaskan menjalani studi teologi dogmatik di Universitas Kepausan Gregoriana di Roma.

Tahun 2005 sekembalinya ke Indonesia, beliau menjadi formator di Seminar Tinggi Kapusin Pematang Siantar dan menjadi dosen teologi di STFT Santo Yohanes Pemantang Siantar hingga tahun 2015.

Pada tahun 2012, beliau terpilih menjadi staf Provinsialat OFM Kapusin Medan dan setelah itu menjadi Wakil Minister Provinsial Ordo Kapusin Provinsi Medan. Dengan kerja kerasnya tersebut pada akhirnya di tahun 2015, beliau ditunjuk menjadi Minister Provinsial Ordo Kapusin Medan.

Beliau juga mampu menunjukan kapasitasnya sebagai anggota di wilayah Asia-pasifik dalam Konferensi Kapusin Asia-Pasifik. Beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua Yayasan Harapan Jaya dan Caritas.

Tidak berhenti sampai di situ saja. Karya-karya dari beliau yang menarik adalah imbauan untuk terciptanya kerukunan dalam berumahtangga.

Pemikiran atau ide ini muncul atas dasar untuk mewujudkan Gereja Besar harus dimulai dari Gereja Kecil yaitu keluarga di mana dalam kehidupan kristiani yang baik dalam keluarga akan mewujudkan generasi Gereja yang baik juga di masa depan.

Meluruskan konsep hidup menggereja

Pemikiran beliau dalam karya-karya pengutusan Mgr. Kornelius Sipayung di Keuskupan Agung Medan menjadi motivasi umat.

“Konsep hidup menggereja harus diluruskan kepada banyak orang, terutama para imam. Karena selama ini, pemikiran bahwa konsep hidup menggereja adalah soal struktur, hirarki dan jabatan. Padahal bukan ini sebenarnya. Inilah tantangan paling besar,” demikian ungkapnya.

“Berdasarkan pengetahuan dan paham hidup yang saya miliki dan batinkan, menjadi pengikut Kristus artinya lebih menekankan soal pengorbanan, pemberian diri. Maka, menjadi imam adalah memberi diri dan berkorban demi pelayanan,” tandasnya.

Tepat pada tanggal 8 Desember 2018 di Gereja Katedral Mgr. Kornelius Sipayung diangkat menjadi Uskup Keuskupan Agung Medan.

Pada tanggal 2 Februari 2019 bertepatan dengan Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah. Mgr kornelius Sipayung ditahbiskan menjadi Uskup Agung Medan.

Dalam menjalankan karya penggembalaannya, seorang uskup wajib memilih  lambang dan motto pastoralnya, adapun lambangnya adalah perisai yang terbagi menjadi tiga bagian horizontal.

  • Bagian atas berisi gagasan teologis, dengan latar belakang warna merah yang melandasi arah kebijakan pastoralnya.
  • Sedangkan bagian tengah atas seekor burung merpati berwarna putih dan ujung kiri bawah ditempatkan bintang betlehem berwarna putih, ujung kanan bawah terdapat anak domba Allah berwarna putih.
  • Ketiga simbol ini melambangkan gagasan teologis yang dihayati oleh Uskup Kornel yakni teologi inkarnasi.

Program khusus atau prioritas setelah tahbisannya tidak ada, karena Keuskupan Agung Medan sudah memiliki program prioritas yang disebut Top Priority Pastoral (TPP). Di dalam TPP semuanya sudah dirancang dan disusun dengan baik hingga tahun 2024.

Ditambah lagi, seluruh struktur kuria, komisi dan paroki di KAM sudah berjalan dengan baik sehingga ia tinggal meneruskan saja sambil melihat peluang yang perlu dikembangkan.

Tanggal 15 Juli 2020, beliau dinyatakan positif covid-19 di dan dirawat hingga 18 Juli 2020. Agar tugas pastoralnya tidak terhambat karena kondisi kesehatannya, maka beliau menunjuk Pastor Benyamin Purba OFMCap melaksanakan tugasnya.

Motto hidupnya menunjukkan kebesaran hatinya dengan menerima keadaannya. Setelah itu, beliau melakukan isolasi madiri di rumah tinggal uskup.

Kisah dan karya Mgr. Kornelius Sipayung ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua. Walaupun tugas yang diemban berat dan dalam keadaan sakit, beliau tetap bisa melaksanakannya dan selalu bersyukur kepada Allah.

Menjadi pengikut Kristus dengan menekankan pengorbanan, pemberian diri. Menjadi imam adalah memberi diri dan berkorban demi pelayanan.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here