PUKUL 14.05 pesawat yang kami tumpangi mendarat di Bandara Rahadi Usman Ketapang. Ketika kami turun, tim penyambutan sudah siap. Tarian-tarian yang indah menyambut kedatangan rombongan dari Semarang. Kelompok “penyumpit” kemudian melakukan gerak-tarian menyumpit balon-balon yang dipasang di pintu kedatangan.
Setelah semua balon pecah, penari-penari lain lalu membuat gerakan tari-tarian penyambutan. Setelah hening sejenak di ruang transit, kami pun segera menuju Keuskupan Ketapang yang berjarak kurang lebih 20 menit dari bandara.
Katedral Ketapang ada di kompleks Wisma Keuskupan.
Hujan datang menyambut Uskup baru
Di antara rintik-rintik hujan, berjalanlah iring-iringan mobil menuju katedral. Sesampai di depan pintu gerbang ada upacara adat. Ada percakapan antar wakil umat dari luar dan dalam pagar gereja.
Saya tidak tahu artinya. Mungkin semacam percakapan permisi dan selamat datang.
Mgr Riana pun diberi pakaian adat Kalimantan, dengan keris dan aneka ornamennya. Upacara minum tuak pun dilalui Mg. Riana dan para pengantar. Saya tidak minum karena lagi asyik motret. Namun, umat setempat mengingatkan, sebaiknya 4-5 tegukan mesti minum.
Rasanya enak dan manis.
Setelah pengikat pintu dibuka Mgr. Riana, maka rombongan pun masuk diiringi dengan tari-tarian lagi. Sepanjang jalan silih berganti kelompok tari mengiringi perjalanan rombongan masuk Wisma Keuskupan. Anak-anak sekolah pun bergembira menyambut kedatangan Mgr. Pius Riana Prabdi Pr.
Acara berlanjut dengan ramah tamah di Gedung Wisma Uskup diiringi lagu-lagu rohani dan sambutan-sambutan. Hampir semua menyatakan syukur atas kehadiran Monsinyur baru dan mereka percaya kehadirannya diiringi berkat Tuhan berupa hujan. (Bersambung)
Photo credit: Acara adat Dayak sambut kedatangan Uskup baru Mgr. Pius Riana Prabdi Pr sesaat sebelum memasuki pintu utama Wisma Keuskupan Ketapang, Kalbar (Romo Noegroho Agoeng Pr, Komsos KAS)
Artikel terkait: