Pengantar Redaksi:
Pada tanggal 14-16 Agustus 2015 lalu telah berlangsung acara Konvensi Nasional II Kelompok Profesional dan Usahawan Katolik atau yang biasa dikenal sebagai Konvenas II PUKAT. Atas kebaikan hati panitia pelaksana Konvenas II PUKAT dan Ketua PUKAT Keuskupan Agung Jakarta Bapak Alex Paul Budiman, kami bagikan beberapa pokok bahasan dalam notulensi kegiatan tersebut untuk para pembaca.
—————-
Lukas 4:5 “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu …” (Duc in altum)
Konvenas II PUKAT: BERBAGI TALENTA dalam DUNIA USAHA
PEMBUKAAN Konvenas II PUKAT terjadi di Jakarta Barat pada hari Jumat tanggal 14 Agustus 2015; dimulai pukul Pkl. 18.00 – 19.00 WIB dengan acara pokok Perayaan Ekaristi bersama Ketua Presidium KWI/Uskup Agung Keuskupan Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo dan berlanjut dengan sambutan dari Ketua PUKAT Nasional Bpk. Michael Purnama.
HOMILI MISA PEMBUKAAN: Mgr. I. Suharyo
Bacaan Alkitab: 1 Samuel 48:1-9, Lukas 19:11-27
Mengapa pertemuan Konvenas PUKAT harus dibuka dengan ekaristi, dengan sekian banyak uskup dan imam? Tidak mudah dijawab. Ekaristi adalah syukur atas karya agung Allah. Ini adalah ungkap keyakinan bahwa kehadiran PUKAT dan pelayanannya adalah bagian dari karya agung Allah.
Karya Allah tidak di awang-awang tapi dilaksanakan di dunia yang amat nyata dan kompleks. Perlu penegasan bersama. Apa yang harus selalu diusahakan agar selalu dan semakin jadi bagian dari karya agung Allah? Bagaimana mencari penegasannya?
Hari ini disampaikan kisah yang sulit. Diceritakan tentang umat Allah pada zaman Perjanjian Lama telah tiba di Tanah Terjanji. Ketika mereka sudah makmur, mampu mengurus masa depannya sendiri, mereka meminta seorang raja. Mereka ingin sama seperti bangsa-bangsa lain, padahal mereka adalah umat yang dipilih supaya berbeda. Samuel kesal. Ia meminta petunjuk dari Tuhan.
Tuhan katakan, “Beri mereka raja. Mereka tidak menolakmu, sesungguhnya Aku-lah yang mereka tolak!” Proses meminggirkan Tuhan ini terjadi ketika manusia makin makmur.
Bandingkan kisah persembahan Kain dan Habel. Kain dan Habel mewakili dua budaya yang berbeda. Yang satu peternak, yang lain petani. Peternak tidak menetap, ia berpindah tempat untuk menggembalakan ternaknya, selalu dalam bahaya. Oleh karenanya, bergantung penuh pada Tuhan, dekat pada Tuhan. Petani menetap, masa depannya lebih dapat diprediksi.
Di zaman raja-raja, umat Israel terusir dari tanah terjanji. Menariknya, mereka yang selamat disebut sebagai ‘sisa Israel’. Sisa Israel adalah kelompok kecil yang berpegang pada janji Allah. Sisa Israel ini pula yang kembali ke tanah terjanji, membangun kembali tanah terjanji. Mereka tidak punya apa-apa, hanya bermodal idealisme, bergantung pada Allah.
Pesan untuk kita semua: lanjutkan peran ‘sisa Israel’ di tengah arus deras yang melawan idealisme. Pegang idealisme yang ditanamkan Tuhan dalam diri kita!
Arnold Toynbee, penulis 19 jilid buku sejarah, berkesimpulan: sejarah dan keadaban manusia mengalami pasang surut. Yang bisa menghadapi saat surut adalah kumpulan yang disebut sebagai creative minority.
Konotasi kata minority ini kurang enak didengar, tapi kira-kira yang dimaksud adalah komunitas alternatif atau komunitas kontras. Komunitas yang tidak terikut arus zaman yang jelek, seperti korupsi.
Siapa yang berani tampil sebagai komunitas alternatif atau komunitas kontras ini? Jelas PUKAT! Oleh karenanya mari kita saling mendoakan agar cita-cita itu jadi dorongan dengan inspirasi iman dan kesungguhan untuk mewujudkan komunitas alternatif.
Sambutan Ketua Umum PUKAT Nasional: Michael Utama Purnama
Yang terkasih dan terhormat Dirjen Bimas Katolik beserta ibu, para Uskup, para Romo Moderator, senior kita Bpk. Harry Tjan Silalahi, dan rekan-rekan PUKAT se-Nusantara. Selamat datang.
Saya sangat bersyukur ke hadirat Allah Tri Tunggal MahaKudus bahwa kita diperkenankan mengadakan Konvenas ke-2 PUKAT. Selamat pesta perak PUKAT Keuskupan Agung Jakarta. Juga PUKAT Keuskupan Surabaya yang baru merayakan HUT ke-27. Selamat atas kelahiran bayi kembar, PUKAT Keuskupan Agung Pontianak dan PUKAT Keuskupan Sintang pada 22 Juli 2015 yang lalu.
Saat ini sudah ada 15 PUKAT dari 37 Keuskupan di Indonesia. Ini PR bagi kepengurusan berikutnya. Deo gratias! Dalam rangka mengantisipasi MEA, April lalu di Bangkok didirikan Professional and Catholic Businesmen of Asia (PUKAT Asia). Sekretariatnya di Bangkok. Idenya dari PUKAT Indonesia.
Selanjutnya perkenankan saya mengungkapkan mimpi saya sebagai Ketua Umum PUKAT.
Saya bermimpi, I have a dream:
- I have a dream: PUKAT eksis di 37 keuskupan, sebagai mitra keuskupan yang kreatif, profesional, proaktif dan independen.
- I have a dream: Gereja Katolik Indonesia, someday punya studio televisi yang setiap hari menayangkan nilai-nilai Katolik di Indonesia, seperti DAAI milik Buddha Tzu Chi.
- I have a dream: umat Katolik Indonesia, minimal di Jakarta, Bandung, Yogya dan Surabaya punya rumah sakit -rumah sakit yang modern, canggih dan profesional, sehingga kita tidak perlu lari ke luar negeri untuk berobat.
- I have a dream: PUKAT-PUKAT di segenap persada Indonesia bisa menjadi semacam KADIN.
- I have a dream: PUKAT-PUKAT punya peranan yang signifikan dan proaktif dalam turut serta memajukan dan mengembangkan ekonomi di Indonesia yang kita cintai bersama.I have a dream: PUKAT-PUKAT jadi pelaku aktif dan kreatif mengimplementasikan Ensiklik Paus Fransiskus ‘Laudato Si’ di wilayah keuskpuan masing-masing untuk berdamai dengan bumi dan lingkungan sekitarnya yang semakin panas dan tidak ramah akibat global warming.
- I have a dream: PUKAT-PUKAT menjadi panutan pelopor dalam CSR dan menerapkan ajaran-ajaran sosial dan kemanusaian yang universal dari ajaran sosial gereja katolik yang kaya raya.
Semoga mimpi-mimpi saya, bukan seperti lagu Imposible Dream, tapi jadi realitas di suatu waktu. Selamat dan sukses ber-konvenas. Allah Roh Kudus memberkati kita semua. Salam kasih persaudaraan dan kompak selalu.
Kredit foto: Panitia Konvensi Nasional II PUKAT