“Mindfulness is when you are truly there, mind and body together, juga energi sukacita dan kebahagiaan.”
Mendengar kata tersebut, hati ini sudah terasa “mak cles” sejuk dan damai, apalagi dengan menjalani prosesnya. Tentulah sukacita dan kebahagiaan langsung memenuhi seluruh pikiran, indera dan hati, menyatu secara harmonis dalam keutuhan ciptaan.
Ini dalam rangka melengkapi Mata Kuliah Spiritualitas Karya di Program Studi Diploma III Farmasi Semester VI, Diploma III Keperawatan semester VI, Sarjana Keperawatan Reguler semester VIII, dan Sarjana Keperawatan Prosus tingkat I).
Karenanya, STIKes Santo Borromeus lalu mengundang “Romo” Wandi, Rektor Sekolah Tinggi Agama Buddhisme di Lampung bersama timnya. Yakni “Romo” Setiawan, Sister Meilisa, Sister Ahong, dan Sister Berinah.
Mereka datang ke STIKes Santo Borromeus untuk menjelaskan, membimbing dan mendampingi tentang bagaimana caranya menyentuh kebahagiaan yang letaknya hanya 1 cm di hadapan kita.
Kesadaran
Mindfulness. Hidup sadar penuh dapat membuat kita menjadi takjub.
Acapkali ketika kita bicara. Kita tidak tahu sedang bicara dengan siapa, Ketika kita makan, kita tidak tahu sedang makan apa. Ketika kita berjalan, kita tidak tau sedang bersentuhan dengan apa.
Kita tidak punya kapasitas untuk memaknai secara mendalam apa yang kita lakukan dan alami.
Maka satu hari full (jam kuliah), kita konsentrasi menjadi orang bahagia. dengan latihan awal mengamati nafas kita; nafas masuk, nafas keluar.
Demikian pengantar dan ajakan “Romo” Wandi dan “Romo” Setiawan mengawali perjumpaan hari itu setelah memperkenalkan tim nya.
Sehari itu, seluruh peserta diajak untuk melepaskan diri dari hal-hal yang melekat. Seperti HP, musik, dan hingar bingarnya dunia. Dengan hanya duduk hening di karpet auditorium. Lalu dilanjutkan dengan latihan jalan-jalan hening dan mindfulness eating.
Yakni, makan dengan berkesadaran, sebagaimana pula halnya yang dilakukan oleh 13 mahasiswa STIKes Santo Borromeus yang sedang menjalani konsekuensi ‘penugasan’ di Eco camp dalam bimbingan Sr. Kristiana.
Jika ada pikiran yang loncat sana loncat sini, kita arahkan kembali pada kesadaran di sini. dan saat ini.
“Romo” menggunakan alat bel (mengundang bel) untuk membantu peserta kembali kepada nafas, kembali ke diri kita.
Mengamati nafas. Nafas masuk, nafas keluar melalui hidung (bukan melalui mulut).
Dengan memejamkan mata, pandangan wajah satu meter ke depan, mengundang bel nafas masuk, nafas keluar, setiap peserta diajak menyadari dan tahu .
Nafas masuk, nafas keluar.(Berlanjut)