Minggu Biasa XXIII, Yes 50:5-9a, Yak 2: 14-18, Mrk 8: 27-35

0
18 views
Orang Saduki bertanya pada Yesus, by Harold Copping

Siapakah Aku ini? Siapakah Yesus itu?

Menyangkal diri, memikul salib, mengikuti Yesus.

Saudara-saudari terkasih.

Episode Injil tentang pengakuan iman Petrus ditempatkan oleh penginjil Markus di daerah Kaesare Filipi, daerah paling utara tanah Israel, di bawah kaki Gunung Hermon di mana sumber Sungai Yordan berasal. Nama kota ini mengingatkan akan imperatore Romawi Filipi.

Kaisarea adalah imperial-kerajaan. Dinamai Kaisarea dari Filipi, pemimpin wilayah (tetrarca) untuk menghormati imperator. Di sinilah datang pengakuan yang meyatakan dan memproklamasikan Yesus adalah Mesias.

Adalah sangat menarik untuk digarisbawahi bahwa peristiwa ini berada sangat jauh dari Yerusalem secara praktis dan geografis. Tetapi juga memiliki makna simbolis yang berseberangan dengan Yerusalem tempat “kota kudus”. Di daerah yang jauh dari pusat kekudusan, pinggiran, daerah orang pagan, bergema pengakuan mesianik Petrus.

Di Kaesarea Filipi, Yesus bertanya kepada murid-muridnya. Dan di sana Yesus mengajukan pertanyaan dengan dua cara.

Yang pertama dengan cara tidak langsung, kemudian dengan cara langsung. Setelah pertanyaan pertama tentang bagaimana pendapat orang tentang siapa Anak Manusia, yang berarti satu pertanyaan yang tidak bersifat personal dan tidak melibatkan secara langsung para murid.

Namun tiba saatnya para murid tidak bisa lari dari pertanyaan Yesus. Tetapi apa katamu, siapakah aku ini? Dengan ini boleh diterjemahkan bahwa para murid seharusnya memiliki pengenalan yang berbeda dan lebih dalam dari orang lain. Bukan hanya itu, dalam pertanyaan pertama, Yesus mempertanyakan identitas Anak manusia, yang menjadi predikat tertinggi dari Mesias, tetapi dalam pertanyaan kedua beralih kepada pertanyaan langsung kepada saya dan pertanyaan diarahkan kepada personal yang menusuk; bahkan menyakitkan.

Tetapi katamu, siapakah aku ini? Kalian yang telah hidup bersama aku, kalian yang telah mendengar dari dekat perkataan-perkataanku, kalian yang telah berbagi bersamaku dalam perjalanan hidup eksistensial, bagi kalian, siapakah aku ini?

Yesus membuat pertanyaan kepada para murid-Nya. Dia sendiri adalah pertanyaan yang membuat kita hening, yang mengguncang, yang tidak meminta satu jawaban ilusi, tetapi jawaban setiap hari dan setiap fase dalam hidup.

Bagi orang beriman, Yesus bukan hanya pertama-tama sebuah jawaban atas pertanyaan atau situasi hidup kita, tetapi juga adalah sebuah pertanyaan. Dan inilah karakter dari pertanyaan Yesus yang menyentuh hal yang utama yang menghidupkan dan dinamis.

Benarlah bahwa hal ini seperti satu duri dalam daging. Yesus adalah pertanyaan yang mana bukanlah hal yang mudah untuk menjawabnya. Sebagaimana tampak dalam perikop Injil hari ini. Pada pertanyaan pertama, Yesus meminta jawaban kolektif dari semua murid-Nya.

Jawab mereka, ada yang mengatakan Yohanes Pembabtis, ada yang mengatakan Elia atau salah seorang Nabi. Dalam pertanyaan yang kedua, walaupun pertanyaan ditujukan kepada semua, yang menjawab hanya satu, Petrus. Pertanyaan ini membuat banyak melarikan diri, bisu, takut, kecuali Petrus. Petrus memberi jawab: Engkau adalah Mesias.

Saudara-saudari terkasih, setelah Yesus mendengar sendiri pengakuan iman Petrus, Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. Lalu Yesus mengajarkan kepada mereka bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan, dibunuh dan bangkit pada hari ketiga.

Namun Petrus tidak menerima predikat Yesus sebagai Anak manusia yang menderita dan bangkit. Tetapi Yesus memarahinya dan berkata: “Enyahlah Iblis”.

Enyahlah dia yang tidak menuruti perintah Allah, yang tidak mau taat. Hal ini telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya tentang hamba Tuhan yang taat, merelakan diri menderita demi keselamatan umat-Nya. Dialah yesus Kristus, Mesias.

Yesus mengingatkan kepada Petrus dan para pengikutnya untuk taat kepada Allah dan kehendak-Nya sebagaimana Ia sendiri telah taat. Maka Yesus meninggalkan syarat yang hanrus didpenuhi dan diperjuangkan ooleh siapa saja yang mau mengikutiNya: menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Yesus.

Ketiga syarat ini:

  • Menyangkal diri berarti: senantiasa taat, mendengar dan mengutamakan kehendak Allah, bukan kehendak atau pikiran kita sendiri. Allah dan kehendaknya yang utama dalam hidup kita.
  • Memikul salib, artinya juga membawa salib: senantiasa rendah hati untuk terus berjalan pada jalan yang benar, jalan Injil yang kadang kala penuh kesulitan dan tantangan, tetapi bila kita bersama yesus ia akan selalu membantu dan menolong kita.
  • Mengikuti Yesus: Sequela Cristi: Kristuslah yang menjadi patron dan yang kita ikuti.

Hingga akhirnya saudara-saudari terkasih kita perlu mewujutkan semua ini dalam keteguhan iman lewat perbuatan kasih. Sebab iman tanpa perbuatan, pada hakikatnya mati. Demikian Rasul Yakobus mengingatkan dan meneguhkan kita.

Sebab jika orang hanya percaya dan beriman, tetapi melupakan saudara-saudara yang ada disekitarnya, maka akan jatuh pada Fideisme. Sementara jika orang hanya berbuat, tetapi tidak berdasar pada iman, maka ia akan menjadi humanis dan altruis.

Santo Fransiskus mengalami pengalam iman akan kehadiran Allah dalam diri Yesus yang miskin dan tersalib. Fransiskus sadar akan kelemahan dan kekurangannya. Namun ia melihat dan merasakan bahwa Allah sangat mencintainya dan memintanya untuk menjadi alatnya.

Fransiskus pergilah perbaikilah gerejaku yang kau lihat roboh ini. Fransiskus yakin akan sapaan dan pengampunan dari Allah. Maka ia dengan yakin dan semangat berjuang mengikuti Yesus dan menjadi abdinya setia sampai akhir.

Mari para saudara kita juga belajar dari tokoh Petrus yang berani menjawab pertanyaan Yesus. Fransiskus yang menjawab pertanyaan Yesus untuk memperbaiki gereja-Nya. Kita juga diminta untuk menjawab pertanyaan dari Yesus yang kita refleksikan setiap saat.

Benarlah bahwa Yesus adalah jawaban atas semua pertanyaan kita. Namun ia juga mengajukan pertanyaan kepada kita masing-masing.

Mari kita menemukan pertanyaan ini dan mari kita juga menjawabnya dalam hidup kita sehari-hari. Mari kita tetap berjuang: menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Yesus setiap hari lewat perbuatan-perbuatan kasih kepada sesame.

Dengan demikian kita akan mampu mengusir kegelapan dan mengenyahkan Iblis yang mengitari hidup kita, sebab kita bersama dengan Yesus yang berkuasa atas iblis dan seluruh kekuasaannya. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here