HANYA perlu empat modal utama untuk mengunjungi stasi-stasi di wilayah reksa pastoral Keuskupan Agats di Papua.
Satu, perahu motor fiber dengan bekal BBM puluhan atau bahkan ratusan liter Pertalite.
Kedua, keberanian untuk berpetualang di wilayah udik pedalaman yang lokasinya in the middle of nowhere.
Ketiga, semangat baja untuk pelayanan pastoral umat Katolik Keuskupan Agats.
Keempat, punya jiwa berpetualang kuat. Itu karena perjalanan ini ditempuh melalui aliran sungai utama dan sungai potong di mana sering kali tepi kanan-kiri sungai tidak “sambung” alias tidak kelihatan sama sekali – untuk katakan badan sungai itu sangat lebar. Tidak ada siapa-siapa di sepanjang perjalanan, selain sesekali melihat perkampungan masyarakat Asmat. Bisa juga sesekali melihat buaya-buaya air payau berjemur di tepian sungai.
Perahu motor berbahan baku fiber dipakai Romo Anton Krozak untuk menjangkau tiga stasi Paroki Komor Keuskupan Agats di Papua untuk bisa rayakan Minggu Palma bersama umat di pedalaman. (Romo Anton Pr)
Inilah yang dialami setiap orang yang melakukan pelayanan pastoral di Keuskupan Agats, Papua.
Jumat pagi tanggal 11 April 2025, Romo Anton “Krozak” Tjokro Pr, imam diosesan Keuskupan Agats, sudah meninggalkan pusat kota di Agats menuju pusat Paroki Komor sejauh dua jam perjalanan naik perahu motor berbahan dasar fiber. Masih harus berlanjut selama 2-3 jam perjalanan lagi menuju tiga titik stasi yang harus dia layani. Selama Hari Raya Minggu Palma, April 2025.
Berikut ini kisahnya.
“Bersama seorang motoris dan lainnya, saya meninggalkan pusat kota di Agats di tengah hujan deras. Perahu motor fiber menjadi moda transportasi uatama agar kami bisa sampai ke wilayah udik pedalaman Keuskupan Agats di Papua,” tutu Romo Anton “Krozak” Tjokro menjawab Sesawi.Net dari Paroki Komor, Sabtu 12 April.
“Untuk bisa ke stasi-stasi lainnya, perjalanan berlanjut selama 2-3 jam lagi. Namun semua kelelahan dan perjalanan yang menantang ini terbayarkan dengan antuasiasme umat bisa merayakan Minggu Palma bersama imam,” jelasnya.
Di wilayah Keuskupan Agats dan karena lokasi setiap stasinya itu sangat berjauhan dan hanya bisa dicapai dengan kapal motor, maka perjumpaan dengan imam itu merupakan peristiwa yang mendatangkan sukacita rohani.