Minoritas tapi Unggul

0
392 views
Ilustrasi - Kawasan permukiman transmigran di luar Jawa. (Ist)

Bacaan 1: Yeh 17:22 – 24
Bacaan 2: 2Kor 5:6 – 10
Injil: Mrk 4:26 – 34

DARI ujung Barat Indonesia, yaitu Sabang hingga ujung Timur Indonesia yaitu Merauke sudah pernah aku kunjungi.

Inilah salah satu keuntungan saya, sebagai seorang geologist.

Di setiap daerah yang saya kunjungi ada sesuatu yang tak pernah kulewatkan, yaitu adanya fenomena transmigran.

Tentu saja di daerah yang barunya tersebut. Mereka adalah minoritas dibanding suku asli di situ.

Saya membayangkan situasi saat mereka datang, tentu sangat tidak mudah.

Selain harus menaklukkan alam bebas, maka juga harus bisa berbaur dengan penduduk asli.

Ketangguhan yang terus terasah oleh alam itulah yang membuat mentalnya seperti baja.

Di situlah keunggulan mereka. Meski sebagai minoritas, namun pada akhirnya mampu keluar sebagai pemenang.

Mereka taklukkan alam bebas yang dahulu tidak produktif menjadi suatu kebun atau pertanian menghasilkan.

Bahkan sektor ekonomi akhirnya juga mereka kuasai.

Transmigran menjadi pendongkrak kemajuan di daerahnya yang baru tersebut karena semua ikut bergerak.

Dalam bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus membuat perumpamaan tentang Kerajaan Allah. Tuhan membandingkannya dengan sebuah biji yang paling kecil, yaitu biji sesawi.

“ …Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.”

Biji sesawi yang sangat kecil itu ketika tumbuh sebagai pohon besar mampu menjadi berkat bagi lingkungannya.

Namun saat sedang berjaya hendaknya jangan menjadi sombong, sebab Tuhan tidak suka.

Hal itu seperti disabdakan-Nya dalam nubuat Yehezkiel:

“ … Aku, TUHAN, merendahkan pohon yang tinggi dan meninggikan pohon yang rendah…”

Bagi Paulus, kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan.

Namun justru menjadi sebuah keuntungan.

Lewat kematian, seorang beriman bisa berjumpa dengan Tuhan dalam keadaan yang sebenarnya.

Paulus selalu merasa tidak pantas menjadi rasul-Nya terkait masa lalunya sebagai penganiaya murid-murid-Nya. Namun Tuhan justru memilihnya untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa non Yahudi.

Pesan hari ini

Hinaan dan penganiayaan akan terus kita alami sebagai pengikut Kristus. Tidak perlu minder sebagai minoritas.

Karena kita mampu menjadi berkat bagi orang lain; sama seperti biji sesawi.

Namun jangan sombong jika berjaya.

“Apa pun yang kamu lakukan, jangan pernah menyerah untuk mendapatkannya. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here