Pengantar Redaksi
Naskah berita sama sudah kami rilis pada hari Rabu siang tanggal 7 September 2016 kemarin. Karena ada masalah teknis, berita tersebut tidak bisa diakses. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini dan berita sama kami rilis kembali
———————
SEBUAH insiden tidak mengenakkan terjadi di tlatah Paroki St. Petrus di Purwosari, Surakarta (Solo), Jawa Tengah. Hari Selasa malam tanggal 6 September 2016 menjelang petang di jantung Kodya Surakarta inilah, Romo Andrianus Sulistiyono MSF memimpin perayaan ekaristi atas undangan seorang keluarga katolik untuk memule (mendoakan arwah) Peringatan 1.000 Hari meninggalnya salah satu umat Paroki St. Petrus Purwosari.
Untuk bisa menampung lebih banyak umat dan undangan lain yang tidak katolik, perayaan ekaristi tidak diselenggarakan di rumah umat, melainkan di balai pendopo kelurahan. Izin resmi telah diberikan oleh Lurah Penumping yang memperbolehkan perayaan misa di situ. Apalagi kegiatan doa memule orang yang sudah meninggal 1.000 hari itu termasuk acara yang lazim diadakan oleh masyarakat Jawa di mana pun dengan target audiens yang beragam pula.
Diganggu oleh dua provokator
Misa arwah dengan intensi memule orang yang sudah meninggal 1.000 hari lalu itu awalnya berjalan sangat lancer. Namun, memasuki tahapan homily, di luaran pendopo ada dua orang provokator yang mulai berteriak-teriak memprotes agar misa segera dihentikan.
Aparat Linmas dari kelurahan mencoba menenangkan kedua provokator tersebut sehingga akhirnya mereka berdua segera meninggalkan lokasi.
Misa pun berjalan sesuai ritual selanjutnya. “Nah, usai pembagian komuni sebelum doa penutup dan pemberian berkat pengutusan, kedua provokator itu kembali datang ke lokasi dengan membawa lebih banyak orang,” ungkap warga Paroki St. Petrus Purwosari yang enggan disebut namanya.
Jumlahnya tidak banyak. Sekitar 20-an orang saja dan mereka menganggu jalannya misa dengan berteriak-teriak keras meminta agar misa dihentikan.
Protes itu dilakukan karena mereka ‘tidak terima’ tempat umum seperti pendopo kelurahan dipakai sebagai tempat ibadat.
Karena situasinya menjadi sangat tidak kondusif, maka anak-anak pun menjadi histeris karena kaget mengalami hal-hal yang tidak diduga.
Akhirnya diputuskan misa diakhiri pada tahapan menjelang doa penutup dan doa pengutusan. “Romo Andrianus Sulistiyono dievakuasi bersama prodiakon dengan cara melompat jendela ke salah satu ruangan di pendopo,” jelas umat paroki.
Pendopo Kelurahan Penumping di Kodya Surakarta ini berlokasi persis di belakang Loji Gandrung –rumah dinas Walikota Solo FX “Rudy” Hadi Rudyatmo .