Misa Paska 2013 PaLingSah bersama Mgr. Suharyo: Yang Muda Ceria, Yang Tua Gegap Gempita (4)

0
1,514 views

Guyubnya Misa Palingsah
Misa PaLingSah di kawasan Condet, Jakarta Timur. (Mathias Hariyadi)

LAZIMNYA sebuah acara reuni sekolahan, maka atmosfer keakraban antargenerasi menjadi suasana paling menonjol. Tak ubahnya pasar pergaulan dimana batas-batas umur dan profesi tidak lagi ada tempatnya, maka reuni sekolah menjadi momentum indah sekaligus menarik manakala bisa dikemas sebagai wahana untuk menumbuhkan semangat persaudaraan lintas generasi.

PaLingSah –kepanjangan Paguyuban Lingkaran Sahabat–  konon secara guyon sering disebut “paguyuban  paling sah” bagi lingkup sebuah komunitas pertemanan antarpara alumni Seminari dengan Bapa Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo. Tak heran kalau di awal terbentuknya PangLingSah, banyak alumnus Seminari Mertoyudan seangkatan Mgr. Suharyo ikut terlibat membidani kelahiran Paguyuban Lingkaran Sahabat ini.

Lintas generasi

Perhelatan Misa Paska 2013 PaLingSah di Condet, Jakarta Timur, pertengahan April 2013 itu seakan menjadi sebuah reuni lintas angkatan. Meskipun banyak didominasi para alumni angkatan tahun-tahun masuk nyarus bersamaan dengan Mgr. Suharyo, namun acara PaLingSah kemarin juga menjadi ajang reuni lintas angkatan, beda generasi dan bahkan konon  beda  seminari.

Pak Harmaka
Harmaka Hardaseputra masuk Kolese Muntilan tahun 1948 dan selesai di Seminari Mertoyudan tahun 1954. (Mathias Hariyadi)

Tentang lintas generasi, marilah kita sebut misalnya Romanus Harmaka Hardaseputra.

Pensiunan notaris-PPAT kelahiran Ambarawa tahun 1935 dan bertahun-tahun lamanya berkarya di Keuskupan Manado ini rela datang dari jauh: Bandung. Bersama istri, Harmaka datang ke PaLingSah guna menjalin tali silahturami dengan para alumni Seminari beda generasi.

Maklum saja, Harmaka adalah alumnus Seminari Mertoyudan di Kolese Muntilan tahun masuk bulan September 1948 dan berhasil menyelesaikan pendidikan seminari menengahnya pada tanggai 25 Juli 1954 di Seminari Mertoyudan. Di tahun yang sama, Harmaka melanjutkan pendidikan yesuit di Novisiat SJ Girisonta.

Yang muda ceria, yang tua gegap gempita

Usia boleh sepuh, namun semangat yang muda dan ceria tetap saja bersemi di hati Harmaka Hardaseputra, saudara kandung alm. Romo R. Hardawirjana SJ dan Romo Hardaputranto SJ. Bahkan ketika digelar acara pesta 100 Tahun Seminari Mertoyudan tahun lalu, Harmaka pun juga ikut berpartisipasi datang ke alma mater-nya.

Yang medior –umur paruh baya di atas 50 tahun—lebih banyak lagi.

Misa Palingsah doa umat by St Sularto
Misa bersama PaLingSah (Paguyuban Lingkar Sahabat) di rumah St. Sularto di kawasan Condet, Jakarta Timur, tahun 2013. (Mathias Hariyadi)

Sekilas, kelompok ini paling gegap gempita bisa saling bertemu muka setelah sekian lamanya tidak saling bersua. Menapaki jalan kehidupan pada umur-umur menjelang “senja” memanglah seperti mendapatkan “angin surge”. 

Terutama ketika  dalam keseharian mereka, tiba-tiba saja muncul teman sejawat yang juga pernat merajut jalan sama: pernah menjadi teman asrama di Seminari dan kini menjalani masa ‘alik balig’ kedua dari dewasa beranjak pelan menjadi tua.

Itulah suasana yang terekam di acara PaLingSah di forum Misa Paska tahun 2013 bersama Mgr. Ignatius Suharyo di Condet kemarin.

Gegap gempita menyambut kedatangan teman-teman lama yang selama ini kurang “terdengar” atau “hilang” tanpa kontak.

Lama tak muncul di kalangan reunian informal lintas generasi, PaLingSah tentu saja berbahagia karena telah bisa “menghadirkan” Padmaseputra, mantan Pamong Medan Pratama era tahun 1978 sampai 1980-an.

Begitu pula menyambut hangat kedatangan Arthur Phan Swan Liong yang tahun-tahun lalu sangat aktif mengirim berita dan kabar-kabur di milis internal alumni Seminari Mertoyudan.

Kegembiraan makin lengkap dengan hadirnya Prof. Koerni bersama Danandaka dan ibunya dari Bandung. Tahun lalu, keluarga ini juga menyempatkan diri hadir dalam misa PaLingSah.

Yang muda, inilah generasi paling ceria dan trengginas di forum PaLingSah.

Mereka adalah para alumni Seminari Mertoyudan tahun masuk setelah 1985-an. Generasi muda inilah yang sekilas banyak mendominasi jajaran kepengurusan Paguyuban Gembala Utama (PGU) masa bhakti 2013-2016.

Jadi wajar juga kalau yang muda dan ceria ini tampil guyub dan semangat, ketika Bapa Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo “menanting” mereka untuk bekerja tanpa pamrih membesarkan PGU dalam semangat pelayanan maksimal, bertanggungjawab dan transparan demi perkembangan formatio para seminaris, imam, dan kemantapan Seminari.

Kesan dan pesan

Surya Pujawiyoto main seksofon
Surya Pujawiyata asyik bermain saksofon dalam misa PaLingSah. (Mathias Hariyadi)

Merespon kembali hangatnya semangat persaudaraan lintas generasi di forum PaLingSah kemarin, H. Kasyanto pun mengisahkan catatan reflektifnya demikian.

Menurut dia, rundown program acara secara keseluruhan sudah berhasil berjalan dengan sangat lancar, tertib dan teratur. “Kami yang sudah seniores ini sempat cemas, jangan-jangan acara makan siang sampai telat,” ujarnya.

 

Kecemasan lebih lanjut dipicu oleh kedatangan para juniores di menit-menit terakhir sebelum pelantikan jajaran kepengurusan PGU. Termasuk, tentu saja, telatnya kedatangan team audio visual persis sebelum misa dimulai.

Ketika sempat bertemu Mgr. Suharyo di “sankristi” rumah, H. Kasyanto sempat bertanya kepada Bapa Uskup Agung Jakarta perihal “keabsahan” tidak bisa mengikuti misa mingguan di Gereja Paroki namun malah menggantinya dengan misa “internal” di sebuah keluarga katolik.

Jawaban dan penegasan Mgr. Ignatius Suharyo selaku pemangku tertinggi otoritas Gereja Katolik lokal di KAJ membuatnya semakin “tercengang”, ketika Bapa Uskup Agung Jakarta berkata: ”Mas,  peraturan silahkan tetap jalan, tapi apakah saya tidak boleh merasakan indahnya rahmat Tuhan melalui teman-teman?”.

Mendengar jawaban Monsinyur, H. Kasyanto mengaku tidak bisa berkata-kata lagi.

Koor Kidung Maria bersama Raphael Warsita
Koor bersama binaan Mas Warsito. (Mathias Hariyadi)

 

Menjadi semakin jelas, PaLingSah tidak hanya bergema di hati para alumni Seminari lintas angkatan untuk mendukung tugas pastoral Mgr. Suharyo mengemban tugasnya.

Lebih dari itu, perasaan bersaudara dan saling mendukung pun ikut dirasakan Monsinyur berkat kehadiran para alumni berikut keluarganya. Tentu, ini karena aroma persaudaraan di sini bebas dari protokoler gerejani.

Serba egaliter, rileks, dan tentu saja yang muda ceria, yang tua ikut gegap gempita.

Terima kasih kepada St. Sularto

Inilah untuk kedua kalinya gathering PaLingSah bersama Mgr. Ignatius Suharyo terjadi di rumah St. Sularto di kawasan Condet, Jakarta Timur.

Ketika datang di rumah Wakil Pemimpin Umum Kompas ini pada pukul 06.00 pagi, H. Kasyanto melihat sendiri bagaimana tuan rumah sudah berbenah rumah sedini itu. “Rumah baru saja selesai disapu dan dipel, sementara Mbak Rini –istrinya Mas Larto—lagi sibuk memberesi persiapan logistik di dapur. Mereka berdua benar-benar bersemangat dan total menyiapkan diri sebagai tuan rumah yang baik,” tulis dia.

Kegamangan di hari itu terjadi, ketika tim sound-system baru bisa dipasang oleh Glenn pada hari Minggu pagi itu pula. “Glenn tidak bisa memasangnya sebelumnya, karena harus misa 40 hari meninggalnya istrinya,” tulis Kasyanto.

Misa pun berjalan meriah dengan iringan Kelompok Koor Kidung Maria arahan konduktor Raphael Warsita lengkap dengan tambahan orkestrasi organ-piano, biola, gitar, dan saksofon. Suasana khitmad dan akrab sepanjang misa terjalin, ketika Bapa Uskup memimpin perayaan ekaristi bersama Romo Ino CsSr dan Romo Suka Hadiwijoyo Pr.

“Ternyata, yang datang melebihi kuota. Kami menyiapkan jumlah hosti yang sudah disediakan Mas Purwoko sebanyak 150 hosti, namun yang datang lebih dari jumlah itu,” sambung dia.

Hasil kolekte untuk mewujudkan semangat berbelarasa sudah dihitung oleh Parno Isworo, bendahara PaLingSah. Hasil akhirnya total jenderal tercatat sebanyak Rp 7.475.000, US$1000 dan Won Korea 10 ribu.

Sudah menjadi kewajiban bagi Mas Bagyo –alumnus Merto ahun 1970—untuk mengantar Mgr. Suharyo kondur ke Wisma Keuskupan. Rupanya, perjalanan pulang selalu menjadi momen menyenangkan bagi Mgr. Suharyo untuk bisa  “ngobrol” bareng adik dan keluarganya.

Kalau momen-momen kekeluargaan itu seperti itu ada, hati kecil H. Kasyanto pun lalu berujar: Bukankah itu bisa merupakan wujud salah satu misi PGU yakni menjadi teman perjalanan para imam?”.

“Untuk teman-teman jajaran pengurus baru PGU yang kemarin dilantik, kami mengucapkan: Selamat. Laksanakanlah janji Anda di hadapan Bapa Uskup dan disaksikan seluruh umat yang hadir. Kita yang senior siap membantu supaya sukses menjalankan misi tersebut. Amin,” demikian harapan H. Kasyanto.

Misa PaLingSah kedua tahun 2013 ini sudah dijadwalkan akan terjadi hari Sabtu, tanggal 27 Juli 2013. 

Kita semua berharap, dalam misa kebersamaan ini selalu saja aka nada hal-hal baru yang bisa kita peroleh agar keluarga PaLingSah lintas generasi bisa semakin akrab, semakin peduli, dan semakin giat berbagi kasih.

Selamat untuk PaLingSah. (Selesai)

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here