Misa Paskah: Kardinal Suharyo, Dosa Ekologis Salah Satu Penyebab Covid-19

0
352 views
Kardinal Suharyo

KARDINAL Suharyo memimpin Ekaristi Minggu Paskah di Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga, Katedral Jakarta.

Mengawali kotbahnya, Kardinal yang diangkat pada 5 Oktober 2019 ini mengucapkan Selamat Paskah kepada seluruh pemirsa, keluarga, dan komunitas umat beriman.

Kardinal mendoakan Sang Kristus yang bangkit menjadi kekuatan bagi seluruh umat beriman untuk terus maju menuju masa depan yang lebih baik.

Makna tahun di Lilin Paskah

Perayaan Paskah selalu ditandai dengan adanya Lilin Paskah. Pada lilin tersebut ditulis tahun ketika lilin dinyalakan. Maka kali ini tertulis 2020.

Kardinal Suharyo menjelaskan makna tulisan tahun itu agar perayaan Paskah terus berarti, bermakna dan relevan khususnya pada tahun ketika Paskah dirayakan.

Khasnya, kata Kardinal Suharyo, melontarkan pertanyaan di awal homili, kali ini Kardinal melontarkan pertanyaan ‘Apa relevansi Paskah pada 2020 ketika terjadi pandemi covid-19 ini?’

Kardinal menjawab bahwa hal ini bisa melihat pada salah satu teori sebab terjadi pandemi ini.

Dosa ekologis sebagai penyebab pandemi Covid

Dari beragam pendapat para ahli, ada satu yang menarik bagi Kardinal. Hal yang dia rasa sesuai dengan akal sehat dan akal iman Katolik yaitu bahwa wabah ini muncul sebagai reaksi natural atas kesalahan manusia secara kolektif terhadap alam.

Dalam bahasa iman, hal ini diistilahkan dosa ekologis.

Kardinal Suharyo lebih lanjut menguraikan pendapat ini.

Menurut teori ini, wabah muncul karena manusia merusak tatanan alam. Alam lalu menjadi tidak seimbang. Hal ini telah tampak sejak puluhan tahun lalu seperti pemanasan global dan munculnya penyakit-penyakit baru.

Ketidakseimbangan alam ini juga membuat tubuh manusia tidak seimbang. Imunitas melemah sehingga manusia menjadi rentan terhadap wabah.

Alam dipercayai punya cara tersendiri untuk meredam wabah. Tetapi keserakahan manusia membuat wabah tidak terbendung seperti sekarang ini.

Alam yang memberontak

Kardinal Suharyo juga mengutip perkataan Paus Fransiskus “Dengan keserakahannya, manusia ingin menggantikan tempat Allah. Hal ini membangkitkan ‘pemberontakan’ alam.”

Ketua KWI ini mengingatkan bahwa kita semua terlibat dalam dosa terhadap harmoni alam yang telah diciptakan Allah sebagai ‘semua baik dan amat baik adanya’ (Kitab Kejadian).

Itulah yang dimaksudnya sebagai Dosa Ekologis.

Wabah menurut pendapat ini adalah isyarat alamiah bahwa manusia megingkari jatidirinya sebagai citra Allah. Alih-alih melaksanakan tugasnya sebagai penjaga harmoni alam, manusia malah merusaknya.

Lebih lanjut Kardinal kelahiran Sedayu pada 9 Juli 1950 ini menjelaskan bahwa wabah menyadarkan kita sebagai manusia merupakan ciptaan yang rapuh – tidak mungkin bertahan jika alam ciptaan lainnya dihancurkan.

Paskah yang nyata

Kardinal Suharyo mensyukuri bahwa di tengah merebaknya Covid, kita menyaksikan kerelaan berkorban dan aksi solidaritas yang dahsyat dalam berbagai bentuk.

Dalam bahasa iman, tumbuhnya kerelaan berkorban dan solidaritas tersebut disebut Kardinal Suharyo sebagai Paskah yang nyata.

Kardinal Suharyo mengajak agar semua aksi baik tersebut tidak berhenti ketika wabah Covid-19  ini usai, karena kita berharap masih merayakan Paskah yang lain yaitu Paskah Ekologis.

Paskah d imana kita dibebaskan dari dosa ekologis kolektif maupun pribadi. Dibebaskan dari sikap tidak peduli terhadap alam, terlebih lagi dibebaskan dari nafsu merusak alam.

Di akhir homilinya, Kardinal Suharyo mengajak umat berdoa agar dianugerahi kekuatan untuk mewujudkan Paskah Ekologis tersebut.

Memulihkan alam yang rusak dan menjaganya sebagai ibu bumi rahim kehidupan yang sejahtera.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here