Bagaimana rasanya kalau orang akan berpisah dengan orang yang sangat dikasihi? Pasti ada pesan-pesan khusus. Pesan-pesan itu pasti juga akan sangat diperhatikan oleh orang-orang yang ditinggalkan. Suasana seperti inilah yang kiranya bisa dirasakan ketika Yesus naik ke Surga dan meninggalkan pesan-pesan pengutusan baru bagi para muridnya.
Dalam Mat. 28:16-20, Yesus menyampaikan dua hal di Galilea sebelum Dia naik ke Surga. Pertama, bahwa Ia telah diberikan segala kuasa di Surga dan di bumi. Kedua, karena itu Ia memberikan pengutusan baru kepada para murid.
Dikatakan, ketika mereka melihat Dia, mereka menyembahNya. Menyembah di sini berarti mereka mengakui kebesaran dan keagunganNya. Kita pun diajak untuk menyembahNya, meski tidak melihatnya secara langsung.
Menyembah Allah bisa dilakukan dalam berbagai kesempatan perayaan. Meski tidak melihat secara langsung, tapi dirasakan adanya kekuatan yang ilahi itu. Menyembah itu menunjukkan kerendahan hati kita, menunduk di hadapan Allah dan membuka diri terhadap yang ilahi. Di situ juga kemampuan dan kepekaan menyembah itu membawa hidup baru dalam diri para murid.
Para murid mendapat pengutusan baru. Kebaruannya di mana?
Pada waktu Yesus masih berkarya, para murid diutus untuk mengabarkan Injil. “Jangan engkau menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah ke domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (Mat. 10:5-6).
Di sini para murid diutus hanya kepada orang Yahudi saja. Konteksnya adalah para murid ditugasi Sang Guru yang waktu itu berjalan dari kota ke kota.
Pada akhir Injil para murid berada bersama dengan Yesus yang sudah bangkit. Kebangkitan ini pasti mengatasi ruang dan waktu. Ia sudah memasuki kawasan yang lebih luas, bahkan melingkupi surga juga.
Murid-murid diminta supaya kebangkitanNya dimengerti oleh siapa pun. Ini mesti dikomunikasikan. Dengan demikian Injil atau kabar gembira mesti dibaca dengan kegembiraan, dengan kemerdekaan batin, dengan keleluasaan, tidak dengan hati yang was-was atau ketakutan. Para murid mesti berbagi semangat baru dari kebangkitan Yesus.
Itulah sebabnya sumber pewartaan para murid adalah Yesus Kristus sendiri. “…baptislah mereka demi nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus…..” . Kini mereka membaptis untuk membuat orang semakin dapat berbagi kehidupan dengan Yesus yang sudah bangkit.
Maka disebut tiga sebutan: Bapa yang maha kuasa yang dikenalkan oleh Yesus PuteraNya, guru yang telah bangkit itu, dan Roh Kudus tetap menyertai mereka setelah Yesus naik ke Surga.
Bisa diambil dua contoh. Pertama, Paulus. Semula dia adalah penganiaya dan pembunuh jemaat Kristen. Setelah pertobatannya, dia menjadi rasul bagi orang-orang bukan Yahudi. Dia sendiri adalah seorang Yahudi. Tetapi pengutusan barunya ada di luar Yahudi.
Berkat Paulus pewartaan menjadi sangat luas. Kedua, karya pelayanan Ibu Theresa. Ibu Theresa berbagi kehidupan Yesus yang sudah bangkit. Dia melihat dalam diri orang-orang terlantar dan miskin di pinggir jalan sebagai Yesus sendiri.
Kita semua mendapat pengutusan baru. Pertama, kita menyembah Yesus yang sudah naik ke Surga. Kita mengakui keagungan dan kebesaranNya. Kita diberi semangat dan hidup yang baru.
Kedua, kita mendapat pengutusan baru untuk berbagi kehidupan bersama Yesus yang sudah bangkit. Berbagi kehidupan berarti berbagi kehidupan yang menggembirakan, membahagiakan. Tidak egois, tetapi berbagi.
Tuhan Yesus Kristus, semoga kami dapat semakin mengalami semangat berbagi kehidupan bersama Yesus yang telah bangkit dan semakin menyadari pengutusan baru.
Wartaya SJ