Puncta 27.11.23
Senin Biasa XXXIV
Lukas 21: 1-4
KALAU kita naik kereta api dari Solo atau Jogjakarta menuju Jakarta, kita akan melihat pemandangan kontras rumah-rumah petak dan gedung-gedung tinggi serta apartemen mewah.
Rumah-rumah sederhana berderet-deret di pinggir jalur rel kereta api. Di kejauhan nampak gedung-gedung dan hotel menjulang tinggi.
Perbedaan sosial ada di tengah masyarakat. Ada yang kaya, ada yang miskin. Ada yang statusnya tinggi, tetapi ada yang rendah.
Dalam kehidupan Yesus pada zaman itu ada juga perbedaan status sosial.
Maria dan Yusuf termasuk golongan kaum miskin. Dalam tradisi mereka disebut anawim, kelompok orang miskin, terpinggirkan.
Hal itu bisa dilihat bagaimana Maria tidak mampu membayar sewa penginapan di Betlehem. Yesus lahir di gua tempat hewan dan para gembala.
Waktu mempersembahkan Yesus di Bait Allah, Maria dan Yusuf hanya bisa membawa dua ekor burung tekukur, bukan lembu atau sapi yang mahal harganya. Itu juga tanda bahwa Maria dan Yusuf tidak kaya.
Maka Yesus pun sangat bisa menghargai seorang janda yang memberi uang dua peser ke dalam peti persembahan.
Yesus menanggapinya dengan berkata, “Sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang. Sebab mereka semua memberikan persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberikan dari kekurangannya, bahkan ia memberikan seluruh nafkahnya.”
Seperti Simeon, Hana, Elisabeth dan Zakarias, gembala dan janda miskin, Yesus hidup di tengah-tengah mereka.
Kaum anawim adalah orang-orang miskin secara material tetapi menaruh kepercayaan total kepada Allah.
Janda miskin itu percaya Allah akan menyelenggarakan hidupnya, walau dia memberikan semuanya kepada Allah. Semakin kita ikhlas menolong sesama, makin banyak juga berkah yang diterima.
Janda miskin itu percaya bahwa harta dan rejeki berasal dari Tuhan dan mesti dikembalikan kepada-Nya sebagai ungkapan syukur.
Jika kita punya rasa syukur maka hidup menjadi ikhlas dan lepas bebas.
Kita bisa belajar semangat ikhlas dan syukur itu lewat janda miskin yang dipuji oleh Yesus. Mari kita senantiasa bersyukur kepada Tuhan atas segala anugerah- Nya.
Hujan gerimis dengar lagu romantis,
Ditemani kopi panas tanpa gula.
Belajar dari janda miskin yang optimis,
Ia rela mempersembahkan segalanya.
Cawas, belajar selalu ikhlas hati
Rm. A. Joko Purwanto Pr