DALAM perkembangan waktu, tampaknya pernyataan resmi Dewan Pemerintahan Transisi Libya yang menyebut Kolonel Khaddafi tewas “dalam” baku tembak segera diklaim banyak pihak sebagai pernyataan tidak sahih. Kenyataan di lapangan sangatlah mungkin berbeda dengan pernyataan resmi pemerintah ad interim di Libya. Apalagi, jejak kehidupan Sang Kolonel sempat terekam kamera video HP sebelum akhirnya diberitakan tewas terkena peluru.
Pertanyaanya, siapa orang yang ‘tega’ menarik pelatuk mematikan itu? Hingga Sabtu (22/10), teka-teki besar itu belum terjawab. Namun, makin berkembang pula analisis yang menyimpulkan: Khaddafi sengaja dibuat tewas saking geramnya pasukan revolusioner mengingat masa kelam Sang Kolonel ketika masih berjaya di tampuk kekuasaannya.
Salah satunya adalah cerita yang keluar dari mulut Ahmed Al Sahati, pemuda umur 27 tahun yang sebagai pejuang revolusioner berambisi kuat ingin menumbangkan Sang Kolonel. Dulu –kata Ahmed—dengan sombongnya dia sebut kami –para pemberontak ini—sebagai “tikus-tikus got”. Namun, katanya kemudian, “Dia sendiri yang terperangkap dalam gorong-gorong berisi sampah Dan tikus.” Kata Ahmed sebagaimana dilansir Reuters.
Rekaman video amatir yang sempat diambil orang ketika tubuh Sang Kolonel yang berlumuran darah akan diarak keliling kota dengan sebuah truk bak terbuka juga mensiratkan cerita berbeda dari pernyataan resmi pemerintah. Dia memang terluka di bagian kaki dan punggung saat “ditemukan” di gorong-gorong. Namun, luka-lukanya kian parah setelah dia dipaksa naik bak terbuka, apalagi wajah Khaddafi juga menyuarakan “protes keras” atas sikap dan tindakan orang yang cenderung melecehkannya.
Teriakan keras “Biarkan dia tetap hidup” sekilas terdengar dalam rekaman video itu. Namun sekejap kemudian, gambar dengan fokus Sang Kolonel hilang dan lalu terdengarlah bunyi tembakan.
“Khaddafi tertangkap hidup-hidup Dan ketika dipaksa keluar, orang lalu memukuli dia Dan kemudian menembaknya,” kata seorang pejabat senior Dewan Pemerintahan Transisi (NTC) di Libya kepada Kantor Berita Reuters. “Sangat wajar, kalau (wajahnya) menyeringai menyuarakan protesnya,” kata sang pejabat anonim ini.
NTC sendiri mengakui tegas, tidak ada perintah tembak di tempat. (Bersambung)