Modal Dengkul

0
52 views
Modal dengkul

Bacaan 1: Am. 7:12-15

Bacaan 2: Ef. 1:3-14

Injil: Mrk. 6:7-13

Dalam dunia usaha, istilah “modal dengkul” kadang memiliki arti negatif. Dimaknai bahwa seseorang tak mau keluar modal (uang) untuk menjalankan sebuah usaha alias modal ucapan saja. Secara postif bisa dibalik, modal yang tidak berupa uang atau harta tetapi hanya berupa perkataan atau tenaga.

Bacaan hari ini para murid diutus mewartakan dengan tidak boleh membawa bekal apapun, alias “modal dengkul”. Tuhan hanya butuh tenaga dan “perkataan” (mulut) sebagai sarana untuk bekerja.

Markus menulis, Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya:

  • Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat,
  • rotipun jangan,
  • bekalpun jangan,
  • uang dalam ikat pinggangpun jangan,
  • boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju.

Sebab segala kebutuhan mereka akan dicukupkan oleh Tuhan Yesus. Hal ini selaras yang ditulis oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus

“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam surga.”

Menunjukkan bahwa sumber berkat adalah Allah Bapa bukan manusia. Sekalipun Allah sering menggunakan manusia sebagai saluran berkat-Nya. Para murid hanya diminta untuk percaya dan berserah pada Tuhan Yesus atas kebutuhan duniawi mereka.

Ada banyak orang kuatir tentang bagaimana menjalani hari-hari mereka. Hal ini bisa terjadi karena sebagai orang beriman, tidak memahami rahasia kekayaan sejati.

Rasul Paulus dalam suratnya menjelaskan bahwa kekayaan yang dimaksud bukanlah kekayaan duniawi yang diperoleh lewat kerja keras. Namun kekayaan rohani yang diperoleh atas anugerah Allah di dalam Yesus Kristus:

  • Kita dipilih sebagai anak-anak-Nya bahkan sebelum dunia dijadikan supaya kita kudus dan tak bercacat dihadapannya.
  • Karunia penebusan.
  • Allah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada manusia.
  • Kita dimateraikan oleh Roh Kudus.

Itulah anugerah kekayaan yang sejati.

Imam Amazia hanya memikirkan harta duniawi saja padahal ia memiliki tanggungjawab tugas spiritual raja. Berbeda dengannya, Nabi Amos dalam melayani Allah bekerja secara tulus. Mengingatkan raja lewat nubuat-nubuatnya.

“Tetapi TUHAN mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan TUHAN berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel.”

Pesan hari ini

Materi memang penting namun bukan tujuan dalam melayani Tuhan. Jangan kuatir sebab Ia akan mencukupkan kebutuhanmu asal kamu percaya pada-Nya.

“Banyak orang memulai usahanya dengan “modal dengkul” namun berhasil menjadi wirausaha terkemuka.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here