Moke, Minuman ‘Surgawi’ Khas Manggarai Flores

0
2,868 views

MANGGARAI – Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur selain dikenal dengan masyarakatnya yang ramah, alamnya elok dan kaya akan hasil kebun seperti kopi, cengkeh, vanili dan coklat. Masyarakat Manggarai juga jago dalam menghasilkan minuman tradisional beralkohol yang khas yakni Moke.

Moke adalah minuman tradisional yang diperoleh dari pohon enau. Bagi masyarakat Manggarai Moke adalah simbol persaudaraan dan pergaulan. Dengan kandungan alkohol yang tinggi moke dikonsumsi oleh masyarakat setempat sebagai penghangat yang bisa membuat orang bagai di ‘surga’, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di tempat dingin seperti Ruteng.

Minuman tradisional yang dibuat dari hasil penyulingan buah dan bunga pohon enau, proses pembuatannya masih tradisional yang diwariskan secara turun temurun dan masih dilakukan sampai sekarang.

“Batang buah dan bunga kami pukul-pukul dan kita iris batang buah dan bunganya supaya keluar airnya. Lalu airnya kami tampung menggunakan jerigen.” jelas bapak berusia 59 tahun ini.

Pembuatan moke dilakukan di kebun-kebun masyarakat dengan menggunakan wadah-wadah tradisional seperti periuk tanah liat untuk memasaknya, jerigen, atau botol plastik bekas minyak goreng. Membuat moke perlu keuletan, kesabaran dan keahlian khusus untuk menghasilkan minuman yang berkualitas.

“Setengah hari hanya bisa mendapat satu botol berisi satu liter. Karena menunggu tetesan demi tetesan melewati bambu,” lanjutnya.  Moke dengan kualitas terbaik sering disebut masyarakat dengan BM atau bakar menyala. Ada pula jenis KW dimana tingkat alkoholnya tidak terlalu tinggi.

“Moke yang bagus bila disulut api, atau BM bakar menyala”, ujar Lorianus pedagang moke di wae bangka. Minuman khas manggarai ini memang terkenal mengandung alkohol yang cukup tinggi. Jadi sebaiknya diminum secukupnya saja, karena jika terlalu banyak bisa memabukkan. Tapi jika diminum rutin satu sloki tiap hari dapat berkhasiat sebagai peningkat stamina tubuh.

Bagi masyarakat Manggarai, minuman moke adalah minuman wajib dalam setiap pesta adat. Moke dengan kualitas terbaik biasanya hanya disajikan pada akhir pekan dan acara-acara adat seperti pesta pernikahan sebagai pendamping hidangan utama dan disajikan juga sirih dan pinang yang biasa dikonsumsi para wanita.

Walaupun moke merupakan minuman yang beralkohol, untuk mendapatkannya sangat mudah, bahkan dapat ditemukan di warung pinggir jalan dari Ruteng menuju Labuan Bajo. Harganya 30.000-35.000/ satu botol air kemasan sedang.

 

Moke biasanya disimpan dalam wadah air mineral/Foto : Retno Wulandari
Moke biasanya disimpan dalam wadah air mineral/Foto : Retno Wulandari

Membuat moke
Proses pembuatan penyadapan dimulai dengan menampung air bunga tandan dari pohon enau atau dikenal dengan moke putih. Alat yang digunakan adalah pisau atau golok, bambu berbentuk tabung berdiameter 15 cm, panjang 1 meter, dan sabuk pengaman. Pemilihan bunga adalah bagian yang paling menentukan untuk dapat menghasilkan air enau yang bermutu baik dan jumlahnya banyak.

Kuncup bunga enau dibuka dengan menggunakan pisau atau golok secara hati-hati. Setelah semua tandan terbuka, lalu tandan dirundukkan dengan menggunakan tali yang diikatkan pada pelepah daun bawah, dan dibiarkan selama 3-4 hari. Penampungan air enau dapat dilakukan dengan mengiris ujung tandan bunga. Setiap kali air diambil, bunga diiris kira-kira 0,5 cm dan air yang keluar ditampung dengan bambu.

Sebelumnya bambu diisi dengan kapur sirih atau daun-daun khusus untuk mencegah air agar tidak menjadi asam. Penampungan air dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari yakni pagi dan sore hari. Dua kali sehari mesti memanjat pohon enau dengan tinggi sekitar 19 meter.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here