Motivasi Mengikuti Dia

0
27 views
Motivasi mengikut Yesus

Puncta 01 Juli 2024
Senin Biasa XIII
Matius 8:18-22

KAMI dulu menjalani tes wawancara ketika masuk seminari. Ditanya apa motivasinya masuk ke seminari. Ada yang menjawab dengan mantap, “Badhe njembaraken Kraton Dalem Gusti (Mau mengembangkan Kerajaan Allah)”.

Ada pula yang ingin melayani Tuhan sampai titik darah penghabisan. Ada yang pengin dikirim ke luar negeri. Macam-macamlah motivasi awal yang muncul.

Ada yang bangga dikirim keluar negeri untuk belajar. Namun setelah pulang kembali ke Indonesia, pimpinan memberi tugas kepadanya bekerja di paroki pedalaman yang jauh dari ibukota. Ia merasa bingung, down, kecewa dan marah kepada pimpinan.

Ia berharap paling tidak bisa menjadi direktur sekolah atau pimpinan suatu lembaga atau yayasan. Tetapi ditaruh di pelosok pedalaman dengan gelar yang mentereng untuk apa?

Tidak sesuai dengan harapannya, akhirnya dengan marah, ia memutuskan keluar dan mencari jalur hidup yang sesuai dengan kemauannya.

Di dalam Injil dikisahkan ada seorang ahli Taurat yang dengan mantap mau mengikuti Yesus. Seorang Ahli Taurat datang dan berkata kepada-Nya: “Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.”

Dengan kalimat “kemana saja Engkau pergi” menyiratkan kesungguhannya tanpa syarat. Sikap over confidence bisa kurang bijaksana dan berbahaya.

Yesus memberi warning, syarat-syarat mau mengikuti Dia. “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya,” kata-Nya.

Ikut Yesus harus siap menghadapi segala kemungkinan. Ikut Yesus tidak untuk mencari kenyamanan dan kelengkapan segala fasilitas serta previlegi-previlegi. Bahkan untuk “meletakkan kepala saja, tidak ada tempat bagi-Nya.”

Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya: “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku.”

Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.”

Mengikuti Yesus menuntut kesungguhan atau totalitas. Berani meninggalkan apa yang dimilikinya. Bahkan relasi-relasi personal harus ditinggalkan demi mengikuti Dia.

Artinya relasi dengan Yesus harus berada di urutan pertama dibanding relasi yang lainnya.

Apa sebenarnya motivasi kita mengikuti Yesus dan percaya kepada-Nya? Beranikah kita mengutamakan Yesus diatas segala-galanya?

Ataukah kita masih setengah-setengah mau numpang mencari kenyamanan dan kemapanan hidup?

Keliling kota naik sepeda,
Ada pula yang pakai kuda.
Memang tidak mudah mengikuti-Nya,
Manggul salib adalah taruhannya.

Cawas, tetap teguh ikut Dia
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here