Bacaan 1: Ibr 4:12-16
Injil: Mrk 2:13-17
Setiap orang pasti punya masa lalu. Ada masa lalu yang indah namun tak jarang punya masa lalu yang buruk dan ingin dilupakan. Namun, kadang seseorang terjebak dengan masa lalunya alias tidak bisa ‘move on’ dan bisa menghambat untuk berkembang.
Setiap orang harus menyadari kenyataan bahwa kesalahan merupakan bagian dari kehidupan. Namun setiap orang harus bisa mengendalikan masa lalu, fokus pada kehidupan sekarang dan memperbaikinya.
Lewi punya latar belakang sebagai pemungut cukai, profesi yang sangat dibenci dan dianggap pekerjaan dosa oleh orang-orang Yahudi. Karena pemungut cukai adalah orang Yahudi yang bekerja pada penjajah Romawi dan kerap menindas bangsanya sendiri.
Maka saat para ahli Taurat dari golongan Farisi melihat Yesus makan bersama Lewi anak Alfeus dan orang-orang lain yang dianggap berdosa, mereka (seolah) protes.
“Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”
Mereka, orang-orang Farisi itu tidak bisa ‘move on’ pada stigmata pendosa yang dilabelkan pada Lewi. Sehingga Tuhan Yesus pun menegur mereka:
“Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Yesus datang untuk memperbaiki yang rusak, dan Lewi adalah salah satunya. Di masa kemudian, Lewi yang kita kenal sebagai Matius ini menjadi seorang pewarta ulung, ‘move on’ dari masa lalunya dan menulis injil Matius.
Yesus datang ke dunia dengan penuh empati mau merasakan penderitaan orang-orang lemah termasuk mereka yang dianggap para pendosa. Maka penulis surat Ibrani menyebut Yesus sebagai Imam Besar yang peduli,
“Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”
Pesan hari ini
Masa lalu yang buruk tidak perlu menjadi beban namun justru untuk memotivasi bertransformasi menjadi lebih baik.
“Tak perlu berusaha untuk melupakan, sebab kenangan punya cara sendiri untuk menghilang.”