HARI ini, Kongregasi Keluarga Kudus (MSF) Provinsi Jawa menerima tambahan dua anggota mereka sebagai imam. Kedua pastur baru yang hari ini menerima tahbisan imamatnya adalah Romo Bobby MSF dan Romo Adi W MSF.
Keduanya baru saja ditahbiskan di Gereja Banteng Jl. Kaliurang, Kentungan, hari Selasa (16/7) pagi ini pukul 09.00.
Pekan mendatang, Kongregasi MSF juga akan merayakan pesta perak HUT 25 tahun tahbisan imamart atas dua orang romo yakni Romo Aloysius Rinata Hadiwardaya MSF dan Romo Rohmadi Mulyono MSF. Mereka ini ditahbiskan menjadi imam tanggal 24 Juli 1987, juga di Gereja Banteng di Jl. Kaliurang, Yogyakarta.
Berikut ini petikan berita yang masih tersimpan di album dokumentasi saya:
Jumat tanggal 24 Juli 1987 merupakan hari yang membahagiakan bagi imam baru yaitu Frater Al. Rinata Hadiwardaya MSF dan FraterYohanes Rohmadi Mulyono MSF. Mereka baru saja ditahbisan menjadi imam oleh Uskup Agung Semarang (waktu itu) yakni Kardinal Justinus Darmoyuwono di Gereja Banteng Yogyakarta.
‘Pembuat’ ekaristi
Meski setiap tahun hampir selalu ada tahbisan, namun senantiasa tahbisan imam merupakan suatu peristiwa yang menarik. Itu karena ada tahbisan imam berarti Gereja semakin diperkaya oleh hadirnya para gembala umat yang berkarya ditengah-tengah masyarakat.
Dalam kotbahnya yang menarik, Kardinal mengatakan tentang kedudukan imam sebagai ‘pembuat’ ekaristi. Sebagai ‘pembuat’ ekaristi, imam membonceng pada Kristus sendiri. Oleh karena ekaristi merupakan titik sentral kehidupan umat dimana umat ikut membonceng, maka kedudukan ‘pembuat’ ekaristi, membawa kehormatan dalam jabatan imamat.
Kedudukannya ini menuntut sikap hidup yang membawa teladan Yesus Kristus sendiri. Lebih lanjut Kardinal juga mengatakan bahwa tugas imam bukan pertama tama memecahkan persoalan. Melainkan, tandas kardinal pertama di Indonesia ini, terutama bisa mendengarkan, sabar mendengarkan keluh kesah, sekaligus menjadi pemersatu di dalam masyarakat, dan baru kemudian bisa berpartisipasi memecahkan persoalan.
Dalam akhir kotbahnya Kardinal mengajak seluruh umat untuk selalu membombong, mendorong, mendukung dan mendampingi dalam doa para imam-imamnya. Ikut menyemarakkan upacara tahbisan ini koor gabungan frater-frater dari Kongregasi Keluarga Kudus dan Mudika Paroki Banteng. Selesai upacara tahbisan diadakan jamuan ala kadarnya untuk para tamu undangan.
Hadir dalam kesempatan ini, para imam, bruder, suster, keluarga serta kenalan dari frater yang berbahagia.
Siapa mereka berdua?
Romo Aloysius Rinata Hadiwardaya MSF yang murah senyum ini adalah putra bungsu dari tujuh bersaudara dalam keluarga RB. Hadiwardaya. Ia lahir di Dero, Paroki Pakem di Sleman, tanggal 1 Oktober 1958. Setelah menyelesaikan pendidikan di Seminari Menengah Mertoyudan, ia menjalani pendidikan MSF Novisiat di Salatiga selama 1 tahun 1978-1979.
Tahun 1983 ia menyelesaikan studi filsafat di IFT Wedhabakti Kentungan Yogyakarta dan dilanjutkan dengsan masa TOP selama 1 tahun di paroki Buntok Kalimantan Tengah.
Meskipun ia sudah menyelesaikan seluruh program studinya, ia memilih untuk menjalani masa TOP lagi selama 1 tahun di Paroki Salatiga sambil mengendapkan pengetahuan yang diperolehnya di bangku kuliah. Ia mengikrarkan kaul kekal tanggal 22 Juli 1986 dan menerima tahbisan diakon dari tangan Kardinal Justinus Darmajuwono tanggal 26 Januari 1987.
Tentang panggilan hidupnya, ia mengumpamakan dirinya bagaikan orang yang mendaki gunung. Semakin jauh melangkah, tantangan dan rintangan semakin berat. Namun toh semakin membahagiakan dan indah serta semakin dekat dengan Dia yang telah menariknya dan menjadi tujuan.
Ia memilih konggregasi Keluarga Kudus [MSF] karena tarekat MSF dipandang dapat membina sikap misioner yang ada dalam dirinya.
Sementara, Romo Yohanes Rohmadi Mulyono MSF ini adalah putra ketiga dari lima bersaudara, dalam keluarga pasangan Yohakim dan Ny. Anna Udiwitomo. Ia lahir tanggal 26 September 1958 di Setran, Paroki Klepu Yogyakarta.
Tahun 1979 ia menyelesaikan pendidikannya di Seminari Menengah Mertoyudan, kemudian dianjutkan dengan masa novisiat selama 1 tahun di Salatiga, dan menyelesaikan studi filsafat di IFT Wedabakti kentungan Yogyakarta. Tahun Orientasi Pastoral (TOP) dia jalani selama 1 tahun di Paroki Pati tahun 1984-1985.
Juni 987 Romo Mulyono menyelesaikan studinya di IFT Wedabakti Kentungan. Ia mengikrarkan kaul kekal tanggal 22 juli 1986 dan menerima tahbisan diakon dari tangan Kardinal Justinus Darmojuwono tanggal 26 Januari 1987.
Tarekat MSF dipilihnya karena ia melihat bahwa teladan dalam tarekat ini dibina penghayatan teladan Keluarga Kudus Nazareth: Yesus, Maria, Yosep yang dia kagumi dan menyentuh hatinya.
Sumber: Majalah Komunikasi edisi terbitan tahun 1987
Proficiat….
Matur nuwun atensinya mas.