Minggu, 19 Januari 2025
Yes. 62:1-5.
Mzm. 96:1-2a,2b-3,7-8a,9-10ac; 1Kor. 12:4-11.
Yoh. 2:1-11
SETIAP keluarga pasti menghadapi masa-masa sulit. Ada saat di mana kebutuhan terasa begitu besar, dan kekhawatiran akan kekurangan sering membayangi.
Di balik semua peristiwa itu, ada satu hal yang tak pernah berubah: penyertaan Tuhan yang setia.
Saat kita merasa kekurangan, sering kali itu bukan karena Tuhan tidak menyediakan, tetapi karena kita diajak untuk belajar bersyukur dan melihat betapa besar kasih-Nya.
Tuhan menggunakan berbagai cara untuk mencukupi kebutuhan kita: lewat pekerjaan yang diberkati, tangan sahabat yang membantu, bahkan mujizat yang tak terduga.
Kita diingatkan bahwa kekayaan sejati bukan hanya materi, tetapi kebersamaan, kasih, dan damai sejahtera dalam keluarga. Dalam kelemahan, kita diajar untuk saling menopang; dalam kekurangan, kita belajar arti berbagi.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Kata Yesus kepada mereka: Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.” Lalu mereka pun membawanya.
Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu -dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya–ia memanggil mempelai laki-laki.”
Kita melihat bahwa sebuah pesta pernikahan hampir kacau karena kekurangan anggur. Bagi tuan rumah, ini adalah aib yang besar. Namun, Yesus hadir, dan melalui kuasa-Nya, Ia mengubah air menjadi anggur terbaik.
Peristiwa mukjizat Yesus mengubah “air menjadi anggur” menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan siapa pun yang sedang “kekurangan” bisa diganti dengan kelimpahan.
Seringkali pada saat terjadi kondisi krusial, kita mengalami pertolongan yang tak terduga. Apakah saat kita kehilangan pekerjaan, tetapi segera menemukan anugerah pekerjaan baru yang ternyata lebih baik.
Pengalaman mempersiapkan seluruh acara yang sangat penting tetapi terjadi musibah yang tak terduga, namun ajaib kita mengalami pertolongan. Keajaiban tidak selalu terjadi, tetapi nyata dalam momen yang menentukan. Mukjizat itu nyata.
Kisah mukjizat yang dilakukan Yesus mengubah air menjadi anggur merupakan bukti kehadiran Allah yang menyelamatkan di tengah pergumulan dan persoalan di dalam kehidupan rumah tangga atau keluarga.
Tanpa kehadiran Kristus, kemungkinan besar kedua keluarga yang menyelenggarakan pernikahan anak-anak mereka akan mengalami rasa malu yang tidak mudah dipulihkan.
Tuhan mampu menyelamatkan kita dari rasa malu, bahkan Dia mampu mengubah keadaan kita dari “tidak cukup” menjadi “lebih dari cukup.” Yang perlu kita lakukan adalah berserah, percaya, dan taat pada kehendak-Nya.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku menyadari kehadiran Tuhan di tengah segala persoalan keluarga yang aku hadapi?