Jumat, 29 April 2022
- Kis. 5:34-42.
- Mzm. 27:1.4.13-14.
- Yoh. 6:1-15
KETIKA keadaan normal, semua berjalan sesuai harapan. Kita tidak terlalu sulit menyakini karya Tuhan dalam kancah nyata hidup kita.
Namun ketika keadaan terlihat sangat sulit -dan bahkan menurut hitung-hitungan pikiran manusia tidak mungkin- maka di situlah kita mengarahkan daya batin. Dengan berharap datangnya mukjizat, campur tangan Tuhan.
“Saat ini, jika mukjizat itu ada, saya berdoa dan mohon Tuhan untuk menyembuhkanku,” kata seorang bapak.
“Kata-kata hiburan yang kalian katakan, semakin membuatku menyadari bahwa penyakit yang menggerogoti aku ini sungguh berat,” lanjutnya.
“Saya ingin kalian jujur, saya bukan anak kecil lagi. Sepahit apa pun keadaanku, saya ingin hadapi,” katanya lagi.
“Saya hanya baru bisa memberitahumu, setelah dokter menyampaikan hasil pemerikasaan secara seksama,” kata istreinya.
“Saya rasakann obat yang saya minum hanya paliatif, tidak untuk menyembuhkanku, melainkan hanya mengurangi rasa sakit yang menyerang tubuhku,” ujarnya.
“Saya tidak ingin menyalahkan Tuhan, namun saya ingin mengingatkan Tuhan. Soal belas kasihan dan kemurahan-Nya, apakah juga diberikan padaku di saat-saat seperti ini,” sambungnya.
“Namun jika, Tuhan berkehendak bahwa penyakit ini menjadi jalan yang mengantarku pada kematian, saya tidak akan melawan. Akan saya serahkan nyawaku pada-Nya,” katanya dengan lirih.
“Tuhan berkendak, tetapi kamu juga harus punya kemauan kuat untuk sembuh,” sahut isterinya.
“Mukjizat hanya akan terjadi pada kita, jika kita mau bekerja sama dengan Tuhan,” lanjutnya.
“Dalam kondisi apa pun, kita dipanggil untuk berpartisipasi dalam rencana Tuhan,” sambungnya.
“Mukjizat tidak akan terjad,i jika kita hanya pasrah, menunggu, diam, tanpa berbuat apa pun,” tegas isterinya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
Jawab Filipus kepada-Nya: “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.”
Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: “Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?”
Jadi, jangan sekali-kali kita meremehkan potensi yang Tuhan anugerahkan dalam hidup kita.
Kuasa Tuhan itu penuh cinta hingga bisa mengubah ketidakberdayaan menjadi kuat tak tergoyahkan.
Tuhan tidak akan membiarkan kita kekurangan suatu apa pun. Apalagi untuk kelangsungan hidup kita seperti makan dan minum.
Letakkan di tangan Tuhan semua keraguan dan kegelapan hidup kita. Dia tidak terbatasi oleh jumlah, dan Dia rindu memberkati kita umat-Nya.
Biarlah mukjizat Tuhan terjadi dalam hidup kita.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku terbuka pada kehendak Tuhan?