Mukjizat Fatima dan Lourdes Terjadi pada Tatie Magdalena Sahea, Profesional Bidang Migas (1)

0
378 views
Tatie Magdalena Sahea ingin menjalani cara hidup berimana kristiani yang baik, lurus, dan benar. Hidup sebagai orang kristiani yang berintegritas. (Mathias Hariyadi)

SEKALI waktu, di bulan Desember 2005, Tatie Magdalena Sahea punya keinginan khusus. Karena di usianya yang ke-34 tahun, sebagai perempuan ia sungguh merasa belum “lengkap sempurna” kalau belum pernah punya anak.

Juga pengalaman menjadi seorang ibu dia rasakan akan menjadi sempuna dengan peristiwa partus – melahirkan bayi dari kantong rahimya sendiri.

Setelah tiga tahun menikah dan selalu ditanyai banyak orang, kok hingga sekarang belum punya anak.

“Jadinya ya sedikit keki begitulah,” jawab anak bungsu di dalam keluarga dari gugusan pulau-pulau paling luar di wilayah utara Sulut ini sembari sedikit ngakak.

Punya anak kembar

Kepada Bunda Maria, Tatie sampai minta permohonan begini.

“Tuhan, kalau diizinkan dan restu ilahi, saya ingin punya anak. Sekaligus dua,” tutur sarjana geologi ini dalam Program Bincang-bincang Panjang bersama Titch TV di Jakarta, Minggu 30 April 2023.

Permintaan khusus itu ia sampaikan kepada Bunda Maria di Lourdes, Perancis.

Saat ia menjalani hari-hari semedi di sebuah biara Suster-suster Santo Augustinus (OSA) di Pau, kota kecil tidak jauh dari Lourdes.

“Suster penasihat rohani saya di Pau itu bernama Sr. Odile OSA,” ungkapnya.

Hal sama juga sudah dia pernah sampaikan sebelumnya kepada Bunda Maria di Fatima, Portugal.

Ternyata, permohonan khusus itu terkabul.

Dalam beberapa lama kemudian, di bulan Februari 2006, ia diketahui berhasil mengalami kehamilan. Malah diberitahu dokter ia akan punya anak kembar.

Tapi, Tatie masih punya permohonan lain.

“Kepada Sr. Odile OSA,” kata Tatie, “saya ungkapkan keinginan hati saya yang paling dalam. Saya ingin bisa terima Komuni Kudus sebelum kedua anak saya nantinya lahir.”

Setelah akhirnya bisa hamil dan kemudian melahirkan kedua anak kembarnya secara sempurna di Perancis, Tatie pun mulai “mengakui” bahwa memang benarlah Tuhan itu Mahakuasa dan juga luar biasa.

“Satu putera, lainnya puteri. Keduanya kini sudah duduk di bangku kelas SMA. Satu di SMA Kanisius, lainnya di SMA Santa Ursula,” terang Tatie yang sejak lama menyukai hobi olahraga diving keliling Indonesia dan sejumlah tempat di luar negeri.

Karena itu, sangat mahfum kalau dia kemudian mengatakan dengan super semangat, “Saya benar-benar mencintai negeriku ini: Indonesia yang begitu elok alamnya.”

Indonesia, negeri kaya raya begitu menawan

Karena hobinya jalan-jalan itulah, Tatie amat mencintai Indonesia yang dia sebut tanahir beta yang sangat indah.

Dengan ragam budaya bermacam-macam dan tentu saja juga anugerah istimewa dari Tuhan dengan kekayaan kandungan harta alam yang luar biasa banyak dan ragamnya.

“Saya truly mencintai Indonesia,” paparnya gamblang.

Tatie Magdalena Sahea, cara hidup sebagai orang beriman Katolik yang lurus, baik. benar. (Mathias Hariyadi)

Belajar menjadi Katolik yang baik dan benar

Setelah tiba kembali di tanahair Indonesia sepulang dari hidup semedi di luar negeri, Tatie mengaku mulai menapaki babak baru dalam hidupnya.

Sebagai seorang Katolik yang ingin mencoba mode de vivre (cara hidup) yang serba baru.

Hanya tiga kata kunci saja, yakni hidup secara lurus, baik, dan benar.

Terjadi demikian, ketika ia diperkenalkan pada sebuah komunitas Katolik di Balikpapan, Kaltim. Namanya Persekutuan Doa Kharismatik Kasih Yesus (PDKY).

Dari komunitas Katolik di lingkungan kantor perusahan perminyakan asing itulah, Tatie lalu dimotivasi bergerak dalam kegiatan pelayanan di lingkungan OMK di Balikpapan.

“Di sinilah saya benar-benar mengalami perubahan diri menuju cara hidup baru,” paparnya.

Pengaruh kuat dari keluarga

Saat masih kecil dan remaja, Tatie sering mengalami disleksia – kesulitan membaca dan menulis. Tapi karena didikan keras dan sangat disiplin dari ayahnya -seorang perwira TNI AL- lama-kelamaan ia mampu mengatasi hal itu.

Sebaliknya ia dilatih memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai kedisiplinan, tertib waktu, dan berintegritas.

Karena itu, ia juga berhasil mengalami “kesembuhan” dari gejala OCD (obsessive-compulsive disorder). Seiring dengan perjalanan waktu menjadi semakin dewasa, maka Tatie akhirnya menerima hal itu sebagai kenyataan.

Let it go saja,” ungkapnya mantap disertai tertawa lepas – tanda sudah bebas dari hal itu karena mampu menerimanya sebagai sesuatu yang given. (Berlanjut)

Baca juga: Tatie Sahea dari Kepulauan Talaud Sulut Masuk Dunia Laki-laki di Perusahaan Migas (2)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here