SEORANG anak yang dipermandikan menerima seluruh kekayaan Permandian. Kristus memberi keselamatan bukan kepada orang per orang; lepas satu dari yang lain. Melainkan kepada suatu umat ialah Umat Allah. Tak ada suatu bangsa yang hanya orang dewasa saja, begitupun juga tidak umat Allah.
Orangtua ingin menggabungkan anaknya pada umat Allah dan menyerahkan imannya kepada-Nya. Seperti mereka menyerahkan banyak hal lain kepada anaknya; misalnya peradaban, kebudayaan, keyakinan dan bahasanya.
Permandian anak tidak boleh dipisahkan dari hidupnya di masa depannya. Permandian seperti bibit yang ditanam dalam anak. Bibit itu harus tumbuh dan menghasilkan buah-buah baik di kemudian hari. (Bilsen MSC, 1970:73).
Permandian anak terjadi pada diri penulis, tepat umur satu bulan.
Suatu saat, bapak bercerita tentang kondisi penulis ketika baru saja dilahirkan. Kondisi tubuh yang lemah. Bukan karena kelahiran prematur, tapi oleh sebab lain. Bagaimana pun juga tetap harus berada di dalam ruang observasi bayi.
Ketika sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit pun, tak lama kemudian harus masuk kembali ke ruang observasi.
Kondisi tubuh yang lemah dan berwarna kuning. Juga disebabkan oleh asupan susu formula yang tidak cocok itu terpaksa harus diminum, karena sedikitnya air susu ibu yang keluar.
Setiap sore, sepulang kerja, bapak menjenguk di rumah sakit sendiri. Itu karena ibu pun masih dalam tahap pemulihan di rumah.
Penulis juga tidak tahu apa yang ada di benak bapak, ketika berkunjung melihat anaknya dari balik kaca ruang observasi.
Mungkin tidak tega, karena hal ini terjadi sepanjang hidup bapak, ketika anak-anaknya sakit pun bapak hanya menjenguk di jam kunjungan saja.
Jadi, kami pun terbiasa ketika sakit sampai dirawat di rumah sakit tanpa ditunggui orangtua. Semua dipasrahkan kepada perawat di rumah sakit.
Berita tentang kondisi cucunya, diketahui oleh eyang yang tinggal di Muntilan. Eyang putri (ibunya bapak) meminta kepada bapak, agar cucunya (penulis) untuk segera dipermandikan.
Entah apa yang ada dipikirkan eyang putri waktu itu.
Terjawab kemudian, bahwa eyang putri menyakini dengan permandian jiwa cucunya terselamatkan. Atau pun jika tidak tertolong, setidaknya sudah menjadi bagian dari anak-anak Kristus.
Dalam permandian atau baptisan anak yang berada dalam bahaya mati, terucap doa yang didaraskan oleh Romo:
Dengan wafat dan kebangkitan-Nya, Yesus telah memperoleh hidup baru bagi kita.
Hidup baru itu, yang tidak dapat lenyap, Tuhan serahkan kepada kita dalam upacara permandian kudus.
Dalam permandian itu, kita dipersatukan dengan Kristus dan kita diangkat menjadi putera-putera Allah.
Marilah berdoa:
Allah Bapa di surga,
Engkau telah memperlihatkan cintakasihMu
dengan mengutus Yesus ke dunia ini,
agar semua orang memperoleh hidup karena Dia.
Sudilah sekarang memberi hidup baru itu
kepada anak yang tercinta ini.
Ya Allah Bapa, kami percaya akan Dikau,
Pencipta semesta alam
Dan akan Yesus Kristus,
yang telah Kau utus ke dunia ini,
agar kami memperoleh hidup baru,
berkat wafat dan kebangkitan-Nya.
Dan akan Roh Kudus,
yang mencurahkan hidup baru itu dalam diri kami.
dan menjadikan kami umat-Mu.
Hormat dan pujian kami sampaikan kepada-Mu. (Coomans MSF, 1986:78-79)
Doa itu yang mengiringi permandian penulis. Terjadi di Gereja St. Yohanes Pemandi. Letaknya persis di depan rumah sakit selama dirawat. Permandian terjadi, ketika sudah diperbolehkan keluar rumah sakit.
Penulis dipermandikan dengan memakai nama Desiderius yang diambil dari buku Padupan Kentjana, sesuai dengan tanggal lahir.
Romo Johannes Maria Heijne SVD-lah yang mempermandikan. Ibu Permandian adalah Sr. Antonie Ardatin PMY yang tak lain adalah tante penulis.
Dengan permandian tersebut, penulis mendapat hidup baru. Babak baru di dalam kehidupan di dunia terjadi dengan baik. Puji Tuhan atas kesehatan dan kebahagian yang diterima sampai hari ini.
Mengenai nasib anak-anak yang meninggal tanpa dipermandikan, selalu harus kita ingat bahwa Tuhan menghendaki keselamatan segala orang. Dan bahwa Kristus lahir dan mati bagi segala orang untuk menyelamatkannya.
Berdasarkan kedua kebenaran ini, pasti ada jalan bagi anak-anak itu untuk mencapai keselamatan. (Bilsen MSC, 1970:74).
Referensi
- —–, Padupan Kentjana (Buku Sembahjangan). Penerbitan Jajasan Kanisius, Semarang, 1962.
- Bilsen MSC, P. van, Pewartaan Iman Katolik. Penerbitan Jajasan Kanisius, Semarang, 1970.
- Coomans MSF, Dr. M. Kumpulan Upacara Ibadat (Rituale untuk para Pemimpin Umat), Penerbit Obor, Jakarta, 1986.
Sungguh besar kasih Tuhan pada umatNya, Mukjizat Tuhan nyata adanya disetiap hari. Semoga tulisan ini menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terus bertumbuh dalam kasih Allah.