Minggu, 25 Juli 2021
- 2Raj.4: 42-44.
- Ef.4: 1-6.
- Yoh.6: 1-15.
“UNTUNG dan malang siapa yang tahu. Inilah situasi yang terjadi dalam keluarga besarku, Pastor,” kata seorang bapak.
“Memang benar kata orang, penyesalan itu selalu datang kemudian. Kami sungguh teledor dan tidak mampu belajar dari pengalaman orang lain yang sudah sering terjadi,” lanjutnya.
“Saat ini, ada 10 anggota keluarga kami yang terpapar Covid-19,” tuturnya.
“Bagaimana bisa terjadi?” selaku.
“Saya tidak tahu pasti. Namun kejadian ini saya kira dipicu, ketika kami berkumpul. Dalam rangka doa bersama bagi salah satu saudara kami,” jawabnya.
“Saat ini, hanya kami dan saudara yang tidak ikut berkumpul yang tidak terpapar,” lanjutnya.
“Bersama mereka, kami berusaha untuk mencarikan obat, vitamin, dan kebutuhan lainnya. Karena keluarga yang terpapar harus isoman,” lanjutnya lagi.
“Di balik peristiwa itu kami temukan bagaimana Tuhan seakan sudah mengatur dan menyiapkan kami, untuk bisa menolong dalam situasi sulit ini,” tuturnya.
Dalam situasi sulit dan seakan tidak ada penolong, Tuhan tidak akan membiarkan kita terlantar.
Seperti peristiwa mukjizat penggandaan roti.
Ketika menjelang senja dan tinggal jauh dari pemukiman.
Sedangkan orang banyak yang membutuhkan makan.
Saat itulah, melalui kerelaan anak kecil yang punya lima potong roti jelai dan dua ekor ikan.
Tuhan mengadakan mukjizat, roti dan ikan digandakan, hingga bisa memberi makan 5000 ribu laki-laki.
Dan setelah semua bisa makan sampai kenyang masih tersisa dua belas bakul penuh.
Kerelaan untuk berbagi dan kemudian menyerahkan kepada kuasa Tuhan untuk menyempurnakannya, akan menjadi awal terjadinya mukjizat Tuhan.
Sekecil apa pun yang kita lakukan dengan kerelaan hati dan penuh percaya akan membawa berkah bagi hidup kita dan sesama.
Apakah saya mau berbagi dari yang aku miliki?