Munafik

0
34 views
Ilustrasi: Munafik. (Ist)

Senin, 26 Agustus 2024

2Tes. 1:1-5.11b-12;
Mzm. 96:1-2a.2b-3.4-5;
Mat. 23:13-22

DI masa seperti sekarang, banyak orang yang rela menjadi sosok yang bukan dirinya sendiri. Apakah itu demi gengsi atau menyenangkan orang lain. Sebagian orang pastinya akan merasa kesal melihat orang yang pura-pura baik.

Orang yang terlihat pura-pura baik sering kali menjadi tontonan menarik dalam drama kehidupan sehari-hari. Padahal, menjadi nyata atau otentik alias menjadi diri kita yang sebenarnya dan apa adanya lebih penting dalam hampir semua aspek kehidupan daripada sekadar pura-pura.

Banyak orang bisa membungkus kenyataan dengan sifat munafik, pura-pura penuh drama. Di balik senyum manis dan tindakan baik yang tampak, mungkin ada niat atau motif yang tersembunyi.

“Banyak orang merasa tertipu di negari ini,” kata seorang sahabat.

“Bagaimana bisa orang yang begitu dipuji pada waktu lalu kini menjadi bahan omongan yang cenderung negatif. Perilaku dan sikap yang berubah ekstrem membuat orang terbelalak menyadari bahwa dia hanya manusia seperti yang lain. Punya ambisi dan niat yang tersembunyi yang jauh dari kata mulia dan kini orang baru mengerti,” kata sahabatku itu.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Celakalah kamu, hai Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menghalangi orang masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sebab kamu sendiri tidak masuk ke dalamnya, dan apabila orang lain masuk, kamu menghalangi mereka.”

Kepura-puraan adalah sebuah penghalang besar bagi karya Allah dalam kehidupan kita di dunia ini. Ketika kita sibuk dengan penampilan luar dan tidak fokus pada transformasi hati, kita hanya membangun tembok antara diri kita dan kebenaran Allah.

Yesus mengkritik orang Farisi karena mereka lebih memedulikan hukum ritual dan detil-detail kecil daripada prinsip-prinsip penting dari hukum itu sendiri, seperti keadilan, belas kasihan, dan iman. Mereka lebih tertarik pada aturan yang bisa dilihat orang daripada yang bisa mengubah hati.

Allah memanggil kita untuk memperlihatkan keadilan dan kasih dalam tindakan nyata. Ini lebih dari sekadar kepatuhan terhadap hukum atau tradisi, tetapi tentang bagaimana kita mencerminkan karakter Kristus dalam kehidupan kita sehari-hari.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku bersikap jujur dan tidak berpura-pura dalam kehidupan ini?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here