Senin, 14 Maret 2022
- Dan. 9:4b-10.
- Mzm: 79:8.9.11.13.
- Luk. 6:36-38
SEBUAH kebahagiaan ketika kita bisa memberikan dari diri sendiri sesuatu yang berharga bagi orang lain.
Situasi seperti saat ini, bisa menjadi momentum yang sangat baik untuk mengulurkan tangan kepada orang lain yang membutuhkan bantuan kita.
Kesulitan demi kesulitan yang dihadapi oleh sesama menarik kita untuk berbuat seuatu yang nyata dan berarti bagi mereka.
“Saya percaya Tuhan selalu punya rencana dalam hidup ini,” kata seorang ibu.
“Ketika permasalahan satu per satu mengalir dalam rumahtangga kami, memang rasanya ngamang untuk melangkah,” ujar ibu itu.
“Suami saya dirumahkan, karena perusahaannya tidak mampu beroperasi karena terdampak pandemi,” lanjutnya.
“Sedangkan di rumah ada dua anak keponakan yang ikut kami, setelah kedua orang tuanya meninggal karena terkena covid. Mereka suka berulah dan suka kabur-kaburan,” lanjutnya lagi.
“Saya tahu kalian sedih di tinggal orangtua. Perasaan itu juga saya rasakan, ayo kita hadapi bersama. Jangan dirasakan sendiri,” kataku pada kedua keponakanku
“Saya tahu bulik sedih dan sangat perhatian pada saya, tetapi saya kadang ingin sendiri,” kata yang sulung.
“Boleh sendiri, asal kasih tahu bulik,” kataku.
“Sejak itu, mereka lebih tenang dan malahan mau terlibat dalam kehidupan sehari-hari,” lanjut ibu itu.
“Bahkan kemudian suamiku bisa buka usaha kecil-kecilan dibantu mereka,” sambungnya.
“Situasi ini mengajarkan kepadaku, jangan takut untuk berbuat baik dan menolong orang. Ada tangan Tuhan yang akan menyempurnakan niat kita,” kata ibu itu.
“Jika hanya memikirkan dan sibuk mengurusi kekurangan dan keterbatasan diri sendiri, kita tidak berdaya hingga tidak bisa berbuat sesuatu bagi orang lain,” lanjutnya.
“Bermurah hati itu harus diawali dari kerelaan berkorban dari apa yang kita miliki,” katanya.
“Murah hati adalah cara kita untuk menyatakan perbuatan baik kepada orang lain,” sambungnya.
“Kemurahan hati selalu ditandai dengan sikap yang penuh belas kasihan terhadap orang lain, khususnya yang menderita,” lanjutnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”
Bermurah hati merupakan perintah Tuhan Yesus yang ditawarkan kepada kita.
Kita harus bermurah hati bukan hanya kepada orang-orang yang berlaku baik kepada kita atau orang yang mengasihi kita, melainkan kepada semua orang, termasuk kepada musuh atau orang yang menyakiti kita sekalipun.
Jika kita murah hati, maka kita tidak mudah menjadi hakim bagi sesama dan menghukumnya.
Sebab hukuman yang kita berikan kepada sesama akan menjadi ukuran untuk hukuman kita.
Terhadap sesama, kita tidak menjadi hakim, tetapi menjadi sahabat yang setia dalam suka dan duka.
Kita tidak menghukum, tetapi membantu dan melepaskan mereka dari masalah kelemahannya.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku orang yang murah hati atau orang yang egois?