Puncta 04.04.23
Selasa Pekan Suci
Yohanes 13:21-33.36-38
PRABU Salya sangat murka ketika disindir oleh Adipati Karna. Salya dianggap musuh dalam selimut di Kerajaan Hastina karena sering berpihak pada Pandawa.
Untuk menghindari perang besar antar saudara, Salya selalu menasihatkan agar Duryudana menyerahkan Hastina ke tangan Pandawa. Salya dituduh memihak Pandawa karena di sana ada ponakannya sendiri yakni Nakula dan Sadewa.
Menurut Aswatama, Narasoma atau Salyalah penyebab matinya Adipati Karna oleh panah Arjuna.
Tuduhan Salya berpihak ke Pandawa dikarenakan kematian Karna di medan laga sehingga senapati Kurawa satu per satu gugur.
Selain Salya, Banowati, isteri Raja Hastina juga dituduh sebagai musuh dalam selimut. Ia jadi mata-matanya para Pandawa. Ia berpihak kepada Pandawa karena sangat mencintai Arjuna.
Walau raganya ada di Hastina jadi permaisuri raja, tetapi hatinya selalu tertuju pada Arjuna. Banowati menginginkan kemenangan Pandawa.
Dursasana melihat gelagat itu. Dia menduga kegagalan-kegagalan Kurawa diakibatkan semua rencana diketahui pihak Pandawa melalui Banowati. Kekuatan Kurawa sangat rapuh karena ada musuh dalam selimut.
Istilah “musuh dalam selimut” adalah sebuah sindiran yang mau mangatakan bahwa orang-orang terdekatlah yang berusaha menjatuhkan kita.
Mereka terlihat baik pada kita padahal sebaliknya. Mereka bermuka dua; di depan memuji, di belakang mengepalkan tangan pada kita. Mereka suka menjegal dari belakang.
Ia berlaku sebagai sehabat paling dekat, tetapi akan menunggu waktu yang tepat untuk menikam dari belakang.
Mulutnya terasa manis di depan kita, tetapi di belakang dia akan menjelek-jelekkan kita. Jika ada waktu yang tepat dia akan menjadi pengkhianat.
Dalam perjamuan terakhir, Yesus mengajarkan cintakasih kepada murid-murid-Nya dengan membasuh kaki mereka.
Tetapi setelah itu Yesus bersaksi, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.”
Semua murid-Nya terkejut mendengar kata-kata itu. Murid yang dikasihi Yesus bertanya, “Tuhan, siapakah itu?”
Yesus menjawab, “Dialah itu, yang kepadanya Aku memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya.”
Musuh dalam selimut itu bisa muncul di mana-mana. Dia ada di rumah, di kantor, di komunitas, di organisasi, bahkan juga di gereja.
Seorang yang kelihatannya dekat tetapi menelikung dari belakang, dan berusaha menjatuhkan reputasimu.
Yudas Iskariot yang dipercaya menjadi pemegang kas kelompok, ternyata dia musuh dalam selimut. Ia menjual Yesus kepada para pemimpin agama Yahudi. Yudas lebih tertarik uang dari pada Gurunya.
Ia tega mengorbankan Gurunya demi tiga puluh keping perak. Musuh tidak selalu mereka yang membencimu. Ada yang lebih mengerikan, dia yang terlihat baik, namun diam-diam menusukmu dari belakang.
Apakah anda pernah mengalami punya teman dekat yang malah jadi musuh dalam selimut?
Bagaimana rasanya dikhianati? Mari kita berada di posisi Yesus untuk ikut merasakan perihnya ditikam dari belakang.
Langit indah berwarna biru,
Ia memantulkan hangatnya sinar matahari.
Berdoalah bagi musuhmu,
sebab dia lagi membuat lubang untuk dirinya sendiri.
Cawas, hati-hati ada musuh dalam selimutmu..