Mutiara Keluarga: Buah demi Buah Hati (2)

0
29 views
Ilustrasi - Buah mangga. (Ist)

WASPADA. Tak lepas dari semuanya itu. Kita mesti tetap waspada terhadap jenis buah tertentu yang potensi diberi pewarna dan atau pemanis. Seperti misalnya semangka merah tanpa biji, pepaya atau pisang warnanya kuning menyala dan merata.

Konon indahnya penampilan buah tersebut dibuat dengan cara dicelupkan ke dalan larutan kimia tertentu.

Negeri kita terlalu kaya akan buah-buah yang berguna untuk hidup dan kehidupan kita. Sayangnya mindset kita umumnya belum cukup mendukungnya. Sehingga buah masih dianggap mahal. Padahal sekarang ketersediaan buah sudah sangat mudah. Dan sebetulnya juga murah bila dibandingkan buah bua impor.

Pengalaman kami, 20 tahun lalu, ketika anak saya masih kecil, sekilo buah naga di desa Kulon Progo masih seharga Rp 50 ribuan. Sekarang ini sekilo buah naga Rp 20 ribuan.
Memang sih, kebanyakan buah yang dijual di pasaran harganya masih lebih tinggi daripada harga beras per kilonya.

Mindset lain yg juga perlu direvisi adalah banyak orang yang lebih memilih produk kemasan daripada yang alami, yang belum/tidak dikemas. Contoh di luar bulan puasa, (air buah) kelapa muda yang sehat itu, hanya dibeli oleh sebagian masyarakat saja. Padahal secara kesehatan air kelapa itu banyak mafaatnya untuk kesehatan tubuh kita.

Bonus makan buah
Bonus yang diperoleh dari makan buah segar alami adalah anak-anak terbantu dalam latihan dan membiasakan mengunyah. Memakan buah segar tak mungkin ditelan saja tanpa dikunyah.

Untuk anak yang biasa minum sufor, khususnya yang ngedot minded, “mengunyah itu, aneh atau asing.” Sebab ia tak biasa mengunyah. Ini berkaitan dengan MPASI.

Bila anak terbiasa dan kelamaan minum susu, biasanya anak susah makan.

  • Pertama karena sufor itu memberi rasa kenyang di perut. Celakanya, masih ada tidak sedikit orangtua yang meyakini bahwa susu bisa menggantikan makan.
  • Kedua, dengan minum susu anak tak perlu mengunyah. Alhasil, anak tak bisa biasa dan tak bisa mengunyah makananan. Padahal hakikat makan adalah mengunyah.

Refleksi
Untuk kita, yang tinggal di Indonesia mestinya sadar paggilan dan pengutusan kita. Kita telah dianugerahi berlimpah buah-buahan. Baik jenis, bentuk maupun rasanya sungguh beraneka ragam. Semua ditumbuhkan Tuhan untuk kita agar kita sehat dan kuat diutus-Nya.

Di Eropa yang dingin Tuhan menyedidiakan susu sapi berlimpah. Maka bagi mereka susu menyehatkan Kita, tah perlu atau tidak harus memenuhi kebutuhan sehat kita dengan cara orang orang di Benua Eropa.

Ayo galakan dan sehatkan buah hati kita dengan membiasakan buah hati kita makan buah sehat alami. Dengan cara itu kita mensyukuri berkat sehat dari Tuhan.

Jika Anda berkenan dengan tulisan ini, dan ingin membagikannya, monggo silakan. Terimakasih.

Jika Anda berkenan dan tergerak hati untuk menanggapi goresan ini, kami tunggu dengan senang hati. Terimakasih sebelumnya.

YR Widadaprayitna
H 240511 AA

Baca juga: Mutiara Keluarga: Buah demi buah hati (1)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here